Sarana Jaya Targetkan Tahun Depan Pengolahan Sampah antara DKI Mulai Konstruksi, Antisipasi Bantargebang Penuh
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memandatkan BUMD Perumda Pembangunan Sarana Jaya membangun dua fasilitas pengolahan sampah antara (FPSA) di dua wilayah, yakni bagian timur dan selatan (Tebet).
Direktur Keuangan Sarana Jaya Bima Priyo Santosa menuturkan, pengolahan sampah berteknologi ramah lingkungan ini ditargetkan akan memulai konstruksi pada tahun depan.
"Pekerjaan terkait pengelolaan sampah sekarang sedang dalam proses pemilihan mitra. kita berharap untuk nanti ada perkembangan yang signifikan di bulan November, sehingga kita berharap tahun depan ini sudah mulai aktivitas fisik dari proyek itu," kata Bima dalam diskusi virtual, dikutip Sabtu, 16 Oktober.
Bima memandang, pembangunan dua FPSA ini bisa menuntaskan masalah sampah Jakarta. Sebab, umlah sampah yang dihasilkan DKI Jakarta cukup besar, mencapai 7.800 ton per hari.
Terlebih, kapasitas penampung sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang dikhawatirkan akan penuh dalam empat tahun ke depan.
"Terbayang ya, kalau Bantargebang penuh, itu Jakarta Seperti apa. Dengan skala seperti ini, mau tidak mau, itu lah salah satu solusi yang harus segera kita tuntaskan karen bantar gebang sudah dalam titik kritis," jelas dia.
Baca juga:
- Anak Buah Anies Punya 4 Pola Penanganan Sampah di Musim Hujan Jakarta
- Nominal Dana Kompensasi Perjanjian Bantargebang DKI-Bekasi Batal Naik, Hanya Jumlah Penerimanya Ditambah
- Target ITF Mulai Kontruksi Sebelum Anies Baswedan Lengser
- DKI Gandeng Warga Rusun Pesakih Jakbar Kelola Sampah Lewat Aplikasi JakOne Artri
Melanjutkan, guru besar Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Enri Damanhuri menyarankan, pembangunan dua FPSA itu dibangun dengan pertimbangan matang sesuai dengan produksi sampah di ibu kota. Karena menggunakan teknologi modern, harus disesuaikan kapasitasnya agar pengelolaan berjalan maksimal.
"Seberapa besar teknologi itu mampu mengurangi sampah, berat atau volumenya, kemampuan reduksi yang utama. Karena pengolahan sampah sasarannya bukan bukan menghasilkan sesuatu, tapi mengurangi produksi sebanyak mungkin," ungkap Enri.
Enri meminta Sarana Jaya untuk memerhatikan penggunaan lahan yang ada. Begitu juga dengan dampak pencemaran lingkungan seperti bau atau polusi lainnya saat mengoperasikan FPSA.
Sebab, menurutnya, pengelolaan sampah juga harus memerhatikan prinsip kemanfaatan dengan baik. Jika ada sisa makanan atau daun, ranting dan sejenisnya yang masih bisa dimanfaatkan agar bisa diolah seperti pembuatan kompos.
"Jangan asal membeli yang murah meriah dua bulan dipakai setelah Tidak bisa digunakan kembali yang paling penting yang terakhir ini apa purna delivery-nya," imbuh dia.