Persaingan Pendatang Baru yang Mungkin Tenggelamkan Sang Capres Terkuat, Prabowo Subianto

JAKARTA - Prabowo Subianto berpotensi kembali maju sebagai calon presiden (capres) dalam Pemilu 2024. Hampir seluruh survei politik yang dirilis selama enam bulan belakangan menunjukkan keperkasaan Prabowo. Ia selalu di posisi atas. Meski begitu tak berarti langkah Prabowo mudah. Ia dibayang-bayangi para pendatang baru.

Wacana pencalonan kembali Sang Ketua Umum telah disuarakan sejumlah petinggi Partai Gerindra. Sekretaris Jenderal Ahmad Muzani mengatakan, "2024 Pak Prabowo Insyaallah akan maju dalam laga pilpres."

Alasannya, kata Muzani masih banyak desakan masyarakat yang menghendaki Prabowo kembali maju dalam kontestasi elektoral. Ahmad Muzani percaya diri karena tren positif keterpilihan Prabowo dalam sejumlah hasil survei.

Hal ini diungkap Muzani ketika menghadiri Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) DPD Gerindra Sulawesi Selatan, Sabtu, 9 Oktober. Muzani juga meminta seluruh pengurus DPD, DPC, dan PAC hingga ranting se-Sulawesi Selatan rapatkan barisan.

Muzani juga menjelaskan tingkat keterpilihan Prabowo di Sulawesi Selatan pada Pemilu 2019 lalu berada di angka 57 persen. Kini ia menargetkan peningkatan hingga 65 persen di Pemilu 2024. Karenanya, Muzani berharap tak ada kader Gerindra di Sulawesi Selatan yang berulah.

"Saya minta dengan hormat jangan sampai ada anggota DPRD Sulsel menyebabkan kekalahan kita."

Dalam kesempatan itu Ketua DPD Gerindra Sulawesi Selatan Andi Iwan Darmawan Aras, yang mewakili 12 DPC kabupaten/kota di Sulawesi Selatan juga mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo.

"Saya selaku Ketua DPD Sulsel mewakili seluruh pengurus meminta dan memohon kesediaan Bapak Prabowo untuk dapat dicalonkan sebagai calon presiden tahun 2024," Andi.

Keperkasaan Prabowo dalam survei

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (Instagram/@prabowosubianto)

Hampir seluruh hasil survei politik yang dirilis selama enam bulan belakangan menunjukkan keperkasaan Prabowo sebagai capres terkuat. Sang Menteri Pertahanan selalu menempati posisi teratas. Meski begitu para pendatang baru membayangi.

Survei Puspoll Indonesia menunjukkan elektabilitas Prabowo mencapai 20,9 persen. Tertinggi. Di bawah Prabowo ada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang masing-masing catat elektabilitas 15,4 persen dan 13,8 persen.

Survei Puspoll dirilis pada April lalu. Survei tersebut melibatkan 1.600 responden, dengan margin of error kurang lebih 2,45 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Maju ke Juni, survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA juga sama. Prabowo menempati urutan pertama capres dengan elektabilitas 23,5 persen. Di bawah Prabowo ada Ganjar (15,5%) dan Anies (13,8 persen).

Survei LSI dilakukan 27 Mei hingga 4 Juni, dengan teknik pengumpulan data wawancara tatap muka terhadap 1.200 responden. Metode survei tersebut menggunakan multistage-random sampling, dengan margin of error sekitar 2,9 persen.

Di bulan Agustus, giliran Indostrategic merilis hasil surveinya. Prabowo menempati urutan teratas dengan elektabilitas 17,5 persen. Ada Anies dan Ganjar yang juga membuntuti dengan masing-masing elektabilitas 17 persen dan 8,1 persen.

Survei Indostrategic melibatkan 2.400 responden dari 34 provinsi. Margin of error survei tersebut adalah 2 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Analis politik, Hendri Satrio mengatakan faktor yang mendorong tingginya elektabilitas Prabowo saat ini adalah tabungan elektabilitas dari dua pemilu sebelumnya. "Itulah modal dia yang memang kita mengetahui hitungan loyalisnya segitu," katanya kepada VOI, Senin, 11 Oktober.

Meski berpotensi, Hendri menyebut langkah Prabowo tak akan mudah. Prabowo tak bisa maju sendirian, tentu saja. Gerindra harus memiliki mitra koalisi. Tantangan paling awal Prabowo adalah meyakinkan bahwa "dia (Prabowo) siap mengubah sejarah dari kalah dua kali jadi pemenang."

Bayang-Bayang pendatang baru

Menparekraf Sandiaga Uno (Instagram/@sandiuno)

Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menegaskan hingga saat ini belum ada keputusan resmi soal pencapresan Prabowo. Hal ini disampaikan Dasco ketika menjawab pertanyaan wartawan tentang peluang-peluang koalisi ke depan.

"Kalau kita bicara soal koalisi masih terlalu jauh karena kita masih menunggu kepastian apakah juga Pak Prabowo bersedia dicalonkan menjadi presiden oleh Partai Gerindra ... Nanti ada waktunya kita dari Partai Gerindra akan mengeluarkan pernyataan-pernyataan resmi mengenai calon presiden yang akan diusung oleh Partai Gerindra," kata Dasco kepada wartawan.

Dihubungi terpisah, politikus Gerindra Arief Puyuono mengaku sadar pencalonan Prabowo tak mudah. Meski kuat dalam sejumlah survei, Prabowo harus menghadapi sejumlah tokoh lain, terutama para pendatang baru yang 'permainannya' juga tak bisa disepelekan.

“Walau masih punya kans untuk maju namun untuk menang bukan persoalan mudah. Harus kerja keras semua jajaran kader Gerindra. Kansnya untuk menang masih masih 30-70 persen. Masih belum aman untuk menang,” Arief, dihubungi VOI, Senin, 11 Oktober.

“Sebab yang dihadapi Prabowo nanti capres-capres muda dan energik yang sudah pada nyolong start melakukan pencitraan dan tebar pesona pepesan kosong yang mungkin saja membuat masyarakat terbius oleh mereka,” tambah dia.

Analis politik, Hendri Satrio memandang bayang-bayang pendatang baru ini tidak hanya memengaruhi persaingan di luar Gerindra, tapi juga secara internal. Seperti dijelaskan di atas. Hal pertama yang harus dipastikan Gerindra adalah capresnya bisa 'menjual'.

Jika tidak, Gerindra harus maju dengan capres alternatif. Dari kacamata Hendri, tokoh internal paling potensial untuk dimajukan adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.

"Bila Prabowo sulit mendapatkan partner koalisi, otomatis Gerindra harus memiliki plan b. Dan bisa saja plan b itu mendorong sosok Sandiaga Uno, yang notabene lebih bisa dan lebih mudah diterima oleh koalisi Gerindra," Hendri.

Hal ini diamini Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago. Elektabilitas Prabowo, kata Pangi bukan jaminan dia aman. Calon alternatif yang muncul, baik di internal ataupun dari luar partai akan memengaruhi posisi Prabowo.

"Prabowo bisa saja disalip di tengah jalan elektabilitasnya," kata Pangi kepada VOI, Senin, 11 Oktober.

Anies dan Ganjar

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Instagram/@aniesbaswedan)

Kembali ke survei. Masih dihimpun dari hasil survei yang digelar dalam kurun waktu enam bulan belakangan, Prabowo tetap kuat. Ia tak pernah lepas dari deretan teratas capres dengan elektabilitas tertinggi.

Tapi Anies dan Ganjar menunjukkan geliat perlawanan. Dalam survei Charta Politika, Ganjar menempati posisi teratas. Elektabilitasnya 20,6 persen. Di bawah Ganjar ada Anies yang catat elektabilitas 17,8 persen.

Sementara, Prabowo ada di urutan tiga. Elektabilitasnya 17,5 persen. Survei ini berlangsung 12-20 Juli dan melibatkan 1.200 responden.

Multistage random sampling digunakan sebagai metode pengambilan sampel, dengan margin of error sekitar 2,83 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (Sumber: Antara)

Hasil survei lain oleh Political Opinion menunjukkan Prabowo terdepak dari tiga besar. Dengan elektabilitas 18,7 persen, Anies menempati posisi pertama. Ganjar menyusul dengan persentase keterpilihan 16,5 persen.

Nama lain yang muncul dalam persaingan ketiganya --Prabowo, Anies, Ganjar-- adalah Sandiaga Uno. Menparekraf menempati posisi tiga dengan elektabilitas di angka 13,5 persen.

Prabowo sendiri menempati posisi lima, di bawah pendatang baru lainnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat, yang elektabilitasnya 9,9 persen. Survei IPO dilangsungkan 2-10 Agustus, dengan melibatkan 1.200 responden.

Dengan metode pengambilan sampel multistage random sampling, survei ini menunjukkan margin of error 2,5 persen. Sementara, tingkat akurasi dan kepercayaan terhadap data 97 persen.

Meski begitu, Hendri Satrio, yang juga pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI mengatakan kejaran Anies dan Ganjar tak serta merta memengaruhi praktik politik pencalonan Prabowo. Alasannya, "Anies dan Ganjar kan belum punya tiket, ya. Sementara Prabowo sudah."

*Baca Informasi lain soal POLITIK atau baca tulisan menarik lain dari Ferdinan dan Yudhistira Mahabharata.

BERNAS Lainnya