Unggah Foto Natalius Pigai Bak Koboi, Ferdinand: Topi, Cerutu Mahal Tapi Sangat Kontras dengan Rakyat Papua

Unggah Foto Natalius Pigai, Ferdinand: Topi Mahal, Jam

JAKARTA - Mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaen menyindir aktivis HAM, Natalius Pigai yang baru-baru ini disorot publik karena diduga melakukan rasisme terhadap Presiden Joko Widodo dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Ferdinand mengunggah potret Pigai sambil memegang cerutu dengan pose bak koboi di Amerika Utara. "Topi mahal, Cerutu Cohiba mahal, Jam Tangan mahal, Kaos mahal, mungkin celana dan sepatunya juga mahal,"

"Sangat kontras dengan kondisi sebagian rakyat Papua yang terus diangkat kesejahteraan hidupnya oleh Presiden Jokowi bersama jajarannya," sindir Ferdinand di akun Twitter-nya, @FerdinandHaean3 dikutip VOI, Senin, 4 Oktober. Sorotan pada mantan Komisioner Komnas HAM tersebut bermula dari cuitannnya di @NataliusPigai2. Pigai bilang, jangan percaya pada orang Jawa Tengah termasuk pada Jokowi dan Ganjar Pranowo.

"Jgn percaya org Jawa Tengah Jokowi & Ganjar. Mrk merampok kekayaan kita, mereka bunuh rakyat papua, injak2 harga diri bangsa Papua dgn kata2 rendahan Rasis, monyet & sampah. Kami bukan rendahan. kita lawan ketidakadilan sampai titik darah penghabisan. Sy Penentang Ketidakadilan)." cuit Pigai.

Atas cuitannya ini Kelompok Barisan Relawan Nusantara (BaraNusa) akan melaporkan mantan Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Natalius Pigai ke Polda Metro Jaya pada Senin 4 Oktober.

"Tindakannya itu tidak menunjukkan intelektualitasnya sebagai mantan Komisioner Komnas HAM. Harusnya kalau mengkritisi boleh saja, tapi jangan fitnah, jangan rasis," kata Ketua Umum BaraNusa, Adi Kurniawan saat dihubungi wartawan, Minggu 3 Oktober.

Atas laporan ini, Natalius Pigai menanggapinya santai. Baginya, sah-sah saja siapapun untuk melapor. Hanya, Pigai meminta pelapor harus dapat membedakan mana pernyataan rasis atau bukan.

"Mereka harus bedakan, saya tidak sebut Jawa sebagai suku, saya sebut Jawa Tengah sebagai nama provinsi atau wilayah administratif," kata Pigai saat dihubungi VOI, Minggu 3 Oktober.

Menurut Pigai, dalam kamus antropologi dan buku antropologi klasik pun disebutkan Jawa sebagai suku, bukan suku Jawa Tengah.

"Maka, mereka yang lapor tidak bisa mengatakan saya rasis," ujarnya. Di Jawa Tengah, sambung Pigai, ada banyak suku yang tinggal. Ada orang Papua, Bali, NTT, Sulawesi, Sumatera dan lainnya.

"Kecuali jika saya mengatakan 'orang Jawa', (itu) baru suku, masuk kategori rasis. Apalagi antara frasa Jawa Tengah dan Jokowi, itu tidak ada tanda koma. Saya langsung sebut nama maka individu pribadi Pak Jokowi dan Pak Ganjar," katanya.