Bank Ina Milik Konglomerat Anthony Salim Mau Rights Issue Rp1,23 Triliun demi Kejar Modal Inti Rp3 Triliun
JAKARTA - PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) akan melakukan aksi korporasi berupa pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas III (PUT III) dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Aksi tersebut akan dilakukan bank milik konglomerat Anthony Salim ini pada November 2021.
Dalam prospektus Bank Ina, dikutip Jumat 17 September, perseroan akan melakukan penambahan modal perseroan dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue dengan penerbitan sebanyak-banyaknya 282.718.750 saham dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Jumlah saham baru dalam penawaran umum terbatas (PUT) III ini sebanyak-banyaknya 4,76 persen dari jumlah seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan. Adapun, setiap pemegang 20 saham lama yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham perseroan pada 8 November 2021 pukul 16.00 WIB berhak atas satu HMETD.
"Setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak satu saham baru dengan harga pelaksanaan berkisar antara Rp4.200 - Rp4.380 per saham yang harus dibayar penuh," tulis keterangan resmi Bank Ina dalam prospektus.
Dengan harga pelaksanaan tersebut, emiten bank milik Grup Salim ini akan mendapatkan dana segar sebanyak-banyaknya Rp1,23 triliun. Periode perdagangan akan dimulai pada 10 November sampai dengan 16 November 2021.
Anthony Salim melalui PT Indolife Pensiontama sebagai pemegang saham pengendali menyatakan bakal melaksanakan HMETD yang menjadi haknya. Sementara itu, jika saham tidak seluruhnya diambil, maka sisanya akan dialokasikan kepada pemegang saham lainnya.
"Apabila setelah alokasi tersebut masih terdapat sisa saham yang ditawarkan, maka saham tersebut tidak akan dikeluarkan dari portepel," jelas manajemen Bank Ina.
Sebelumnya Direktur Utama Daniel Budirahayu beberapa waktu lalu menyatakan bahwa dana hasil rights issue akan digunakan untuk meningkatkan dan mempercepat proyek digital pada tahun ini. Tren bisnis saat ini memang tengah mengarah ke digital.
Baca juga:
- Punya 15 Pabrik dengan Produksi 5 Juta Potong per Hari, Sari Roti Milik Konglomerat Anthony Salim Raup Penjualan Rp1,55 Triliun
- Nippon Indosari, Produsen Sari Roti Milik Konglomerat Anthony Salim Raup Penjualan Rp787 Miliar di Kuartal I 2021
- Indoritel, Holding Entitas Indomaret, KFC, dan Sari Roti Milik Konglomerat Anthony Salim Mampu Raup Pendapatan Rp488,89 Miliar di 2020
- Produsen Sari Roti Milik Konglomerat Anthony Salim Bakal Buyback Saham, Siapkan Dana Rp480 Miliar
"Kami berharap dapat merampungkan rencana bisnis berupa pelayanan bank berbasis digital sebelum akhir tahun ini," tuturnya.
Dalam rangka pelaksanaan PUT III, perseroan telah mendapatkan persetujuan dari para pemegang sahamnya dalam RUPSLB pada 16 Juni 2021. Hasil keputusan rapat itu antara lain menyetujui penambahan modal melalui dengan memberikan HMETD sebanyak-banyaknya dua miliar saham biasa dengan nilai Rp100.
Ia menambahkan, persetujuan right issue tersebut memuluskan rencana peningkatan modal inti hingga Rp2 triliun pada akhir tahun 2021. Right issue tersebut merupakan mandatory dari OJK agar bank memenuhi modal inti sebesar Rp2 triliun di tahun ini dan Rp3 triliun pada 2022 nanti.
Untuk diketahui, komposisi kepemilikan saham perseroan efektif sampai dengan 31 Agustus 2021, PT Indolife Pensiontama memegang 22,47 persen, PT Gaya Hidup Masa Kini mengempit 9,98 persen, PT Philadel Terra Lestari menguasai 7,53 persen, PT Samudera Biru, 16,51 persen, Trustee Of NS Financial Fund yang dikelola DBS Bank Ltd 10,49 persen, Asean Finacial yang dikelola Liontrust 18,29 persen, dan sisanya oleh masyarakat.
Pemegang saham pengendali penerima manfaat terakhir atau ultimate shareholder adalah sang taipan, Anthony Salim.