Bank Ina, Perusahaan Milik Konglomerat Anthony Salim Bakal <i>Rights Issue</i> Incar Dana Rp1 Triliun
Ilustrasi. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) yang digelar Rabu 16 Juni menyetujui Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau right issue, dengan melepas sebanyak-banyaknya 2 miliar saham baru bernominal Rp100 per lembar saham.

Menurut Direktur Utama BINA, Daniel Budirahayu, persetujuan right issue tersebut memuluskan rencana peningkatan modal inti hingga Rp2 triliun pada akhir tahun 2021.

"Right issue merupakan mandatory regulator perbankan (OJK) dimana mewajibkan Bank Umum wajib memiliki modal inti Rp2 triliun tahun ini dan Rp3 triliun tahun 2023," kata Daniel usai mengikuti RUPSLB.

Ia menambahkan, kewajiban itu mengharuskan perseroan harus meningkatkan modal inti lebih dari Rp1 triliun sampai dengan akhir tahun ini. Hanya saja dia tidak bisa memastikan waktu pelaksanaannya.

"Pelaksanaannya tergantung pasar. Tapi raihan dananya minimal Rp1 triliun," kata dia. 

Dalam kesempatan ini, dia juga menyampaikan para pemegang saham perseroan yang saat itu tercatat besar kemungkinan menyerap HMETD tersebut.

Untuk diketahui, komposisi kepemilikan saham perseroan saat ini; PT Indolife Pensiontama memegang 22,47 persen, PT Gaya Hidup Masa Kini mengempit 9,98 persen, PT Philadel Terra Lestari menguasai 7,53 persen, PT Samudera Biru, 16,51 persen, Trustee Of NS Financial Fund yang dikelola DBS Bank Ltd 10,49 persen, Asean Financial yang dikelola Liontrust 18,29 persen dan sisanya oleh masyarakat.

Adapun pemegang saham pengendali penerima manfaat terakhir atau ultimate shareholder adalah konglomerat Anthony Salim.