JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) masih mensuspen alias menghentikan sementara perdagangan dua saham emiten yang terafiliasi dengan bos Indofood, konglomerat Anthony Salim. Dua emiten yang dimaksud yakniPT DCI Indonesia Tbk (DCII), dan PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA).
BEI 'menggembok' saham DCII sejak 17 Juni lalu. Artinya, sudah 30 hari atau 22 hari kerja saham ini ini dihentikan perdagangannya oleh bursa.
Pergerakan harga yang melonjak signifikan membuat otoritas bursa menegaskan perlu ada langkah cooling down guna memberikan kesempatan kepada pelaku pasar untuk mempertimbangkan keputusan investasinya.
Timbul pertanyaan, mengapa saham DCII belum juga dibuka? BEI menyatakan, saat ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan atas transaksi saham DCII.
Hal ini menindaklanjuti suspensi saham yang dilakukan terhadap DCII sejak 17 Juni. Langkah suspensi ini adalah yang kali yang dilakukan setelah saham DCII naik secara signifikan.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian Manullang menjelaskan, saham DCII mengalami volatilitas harga secara terus menerus.
Saham DCII terakhir kali diperdagangkan pada level Rp59.000 per saham pada Rabu 16 Juni. Perusahaan data center ini baru melantai di bursa pada 6 Januari 2021 dengan harga penawaran umum perdana saham (IPO) Rp420 per saham.
Saham DCII, hingga terakhir diperdagangkan sudah meroket 14.000 persen dari harga IPO. Corporate Secretary DCI Indonesia, Gregorius Nicholas Suharsono mengatakan, kenaikan harga saham perseroan yang mencapai Rp59.000 per saham bergantung pada mekanisme pasar dan persepsi pasar atas masa depan DCII.
Catatan saja, sampai dengan 30 Juni 2021, pemegang saham DCII ialah Otto Toto Sugiri dengan kepemilikan 29,90 persen, Marina Budiman 22,51 persen, Han Arming Hanafia sebesar 14,11 persen.
Ketiganya merupakan pengendali, sedangkan Anthony Salim menggenggam kepemilikan sebesar 11,12 persen dan pemegang saham publik 22,36 persen.
BACA JUGA:
Sementara itu, saham Bank Ina masih disuspensi oleh BEI sejak 9 Juli pekan lalu seiring lonjakan harga yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir.
Saham ini sempat melaju kencang di zona hijau selama 10 hari beruntun, yakni pada 11 hingga 24 Juni. Dalam sebulan terakhir saham BINA melesat 193,15 persen, sementara secara year to date (ytd) sudah menguat hingga 736,96 persen.
Kenaikan saham BINA akhir-akhir ini didorong oleh kabar terbaru perusahaan yang berencana melakukan rights issue. Dalam rights issue tersebut, BINA akan melepas sebanyak-banyaknya 2 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Dengan disetujuinya rights issue ini, Anthony Salim, selaku ultimate shareholder berpeluang menambah porsi kepemilikan sahamnya pada Bank Ina.
Per 30 Juni 2021, Grup Salim melalui kendaraan investasinya PT Indolife Pensiontama, yang menjadi pemegang saham pengendali BINA, menguasai 22,47 persen saham perusahaan perbankan tersebut.