Sumut Peringkat 2 Kasus COVID-19 di Indonesia, Gubsu Edy Sebut Data Amburadul

MEDAN - Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menyebut data COVID-19 di 4 kabupaten/kota di Sumut masih amburadul alias kacau. 

Kabupaten/kota yang datanya masih bermasalah tersebut yakni Kota Medan, Sibolga, Pematangsiantar dan Kabupaten Mandailing Natal (Madina).

"Kita (ada) 4 kabupaten/kota yang kacau ini. Medan, Sibolga, Madina dengan Siantar kacau ini. Yang lain tidak kacau, tapi masih ada perselisihan, tapi limitnya masih d ibawah sehingga tidak mendongkrak," kata Gubsu Edy, Jumat, 10 September.

Pihaknya sangat kewalahan mensinkronkan data COVID-19. Lantaran data di setiap kabupaten/kota masih belum rapi.

Akibatnya, Sumut hingga saat ini masih menduduki posisi kedua dengan kasus COVID-19 terbanyak di Indonesia.

"Capek sekali, sampai  tadi malam ini aku berbicara soal data. Data ini tak bisa dua pakai keras kepala, data ini kita sekarang sudah menggunakan digital. Dia melaporkan berdasarkan nomor password dan dasarnya adalah NIK," ujarnya.

Dijelaskan Gubsu Edy, pendataan COVID-19 yang seharusnya berbasis digital namun masih terdapat kekeliruan. Dia mencontohkan di Kabupaten Madina, yang mana mertua dan adik istri bupati tercatat sebagai pasien meninggal. Padahal kedua orang tersebut masih hidup.

"Ketika di-kroscek, ini masih hidup ini pak orangnya, nah ini siapa jadi yang membuat meninggal. Begitu juga soal data 76 orang di Madina meninggal dalam satu minggu, setelah dilihat ke sana oleh Satgas, padahal hanya 6 orang yang meninggal dalam satu minggu, itu makanya di masuk PPKM Level 4," ungkapnya.

Gubsu Edy menjelaskan sistem digitalisasi dalam pendataan sangat membantu dan real sesuai dengan data identitas. Tapi masalah yang muncul jika yang menjalankan atau operatornya tidak paham teknologi yang berakibat pada data COVID-19 membengkak.

"Kita sudah bagus kondisinya, kenapa kok tiba-tiba sampai 400 kasus positif sekarang ini? Kalau saya teliti ini karena double-double. Kembali lagi, ini karena kita gaptek tidak terlalu jago, atau mungkin karena daerah-daerah kita itu sinyalnya timbul tenggelam," papar dia.

Gubsu Edy berharap proses pencatatan data COVID-19 di Sumut tidak lagi keliru dan tidak kembali kacau. Dia meyakini jika data tersebut tidak bermasalah, angka pasien terkonfirmasi COVID-19 di Sumut tidak akan membengkak.

"Inilah sedang kita evaluasi. Nanti Kadis Kesehatan lah. Gubernur kan jagonya, tak perlu. Anak buah dululah, nanti kalau tak bisa anak buah baru gubernur. Itu nanti semakin parah lah, karena saya pun tak mengerti juga," pungkasnya.