Bagikan:

MEDAN - Sumatera Utara disebut sebagai salah satu wilayah yang penerapan protokol kesehatan di masyarakat tergolong rendah. Gubernur Sumut Edy Rahmayadi heran masih banyak orang tak percaya COVID-19.

"Saya yakin itu dan itu benar (taat prokes rendah). Khususnya, menggunakan masker, atur jarak, mencuci tangan, itu berat sekali (dilakukan)," kata Gubsu Edy, Rabu 7 Juli. 

Menurut Gubsu Edy, salah satu lokasi yang protokol kesehatannya kerap diabaikan adalah pasar tradisional. 

"Kita lihat di pasar tradisional, itu sama sekali mengabaikan, paling 10-25 persen yang pakai masker. Tolong lakukan edukasi, berikan pengetahuan untuk mereka semua," sambungnya.

Gubsu Edy menyebutkan, ada beberapa alasan  yang membuat masyarakat Sumatera Utara enggan menerapkan protokol kesehatan. Salah satunya, masih banyak yang tidak percaya virus corona itu ada. 

"Masih belum terlalu percaya benar, bahwa COVID ini ada. Karena masih banyak orang yang mem-boomingkan kalau COVID itu politik, COVID itu mencederai rakyat. Padahal COVID ini benar-benar virus yang membahayakan bagi manusia," kata Gubsu Edy. 

Diketahui, berdasarkan data per 6 Juli, total kasus konfirmasi positif di Sumatera Utara mencapai 37.263 dengan kasus aktif sebesar 2.383.

Untuk mencegah penyebaran virus corona, Gubsu Edy kembali memperpanjang penerapan PPKM mikro hingga 20 Juli mendatang. 

Dalam PPKM mikro ini, kini penerapannya berlaku pada 12 daerah. Kedua wilayah yang baru diterapkan PPKM mikro yakni Kota Padangsidimpuan dan Sibolga. 

Gubsu Edy, mengatakan dalam penerapan PPKM mikro ini, 2 daerah harus dilakukan kegiatan khusus. Kedua daerah itu adalah Kota Medan dan Sibolga. 

"Tapi di Sumatera Utara, ada 2 kota yang harus dilakukan kegiatan darurat," kata dia.