Lewati Pergolakan Panjang, Belgia Akhirnya Turunkan Patung Raja Leopold II

JAKARTA - Setelah perdebatan panjang, akhirnya patung mantan Raja Belgia Leopold II yang jadi otak penjajahan panjang atas Republik Demokratik Kongo diturunkan. Penurunan patung dilakukan pada Selasa, 30 Juni.

Melansir Associated Press, otoritas Kota Ghent menurunkan patung itu tepat setelah beberapa jam surat permintaan maaf dari Raja Philippe terbit. Dalam surat itu, Philippe meminta maaf atas kekerasan dan penghinaan saat Belgia menjajah Kongo dari tahun 1865-1909.

Leopold II kerap disebut sebagai sosok yang paling bertanggung jawab atas langgengnya penjajahan dan perbudakan di Kongo. Saat itu, Leopold II menjarah seluruh kekayaan yang ada di Kongo, seakaan-akan itu adalah wilayah kekuasaan pribadinya.

Leopold II juga memaksa warga Kongo untuk menjadi budak. Ia melanggengkan kerja paksa serta membuat aturan-aturan yang membuat setengah populasi Kongo musnah.

Dalam penurunan patung Leopold II, otoritas setempat sempat melakukan upacara singkat yang diselingi oleh pembacaan doa. Setelahnya, barulah penurunan patung dilakukan, yang mana langsung disambut oleh tepuk tangan warga sekitar.

Rencananya patung tersebut akan dipindahkan ke gudang museum di Kota Ghent sambil menunggu keputusan lebih lanjut dari komisi kota yang bertanggung jawab. Namun, tak sedikit pula yang beranggapan bahwa penurunan patung hanya simbol yang tak akan signifikan menyelesaikan masalah antara Belgia dan Kongo.

"Menghapus patung tidak menghapus sejarah. Itu berarti memperpanjang dan membuat sejarah baru yang penuh pertanyaan," kata seorang aktivis dari Jaringan Belgia untuk Kulit Hitam, Mathieu Charles.

Belgia telah lama berjuang berdamai dengan dosa masa lalunya. Tak heran, saat gelombang gerakan ‘Black Lives Matter’ (BLM) merebak karena kematian George Floyd, luka lama tersebut kembali terbuka.

Para pengunjuk rasa di Belgia yang awalnya menyuarakan keadilan untuk Floyd, berubah haluan dengan menuntut agar patung Leopold II diturunkan. Sebelum diturunkan, patung itu sempat dirusak beberapa kali oleh pengunjuk rasa.

Lalu, kemarin, Raja Philippe meminta maaf untuk pertama kalinya atas dosa masa lalu tersebut. Ia mengirim surat kepada Presiden Kongo Felix Tshisekedi. Dalam suratnya, Raja Philippe mengungkapkan penyesalan mendalam atas penderitaan dan kekerasan yang timbul akibat kolonialisasi.

Sementara itu, otoritas regional juga menjanjikan reformasi arah sejarah untuk lebih menjelaskan karakter sebenarnya dari kolonialisme sementara Parlemen federal memutuskan bahwa komisi akan melihat masa lalu kolonial Belgia.