Menghapus Tirani Raja Leopold dari Deretan Bukit Konservasi di Australia
King Leopold Ranges (Sumber: Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Dampak Black Lives Matter (BLM) di dunia berlanjut. Australia mengganti penamaan King Leopold Ranges yang merujuk pada deretan perbukitan di kawasan konservasi Kimberley, Australia. Hal ini jadi kabar terbaru setelah Raja Belgia Philippe meminta maaf untuk penjajahan Kongo di masa lalu dan menurunkan patung Raja Leopold II.

Otoritas terkait mengganti nama tersebut mengingat derasnya dorongan publik dunia soal penghapusan simbol-simbol penjajahan, diskriminasi, serta rasisme dalam sejarah dunia. King Leopold Ranges yang terbentang enam ratus kilometer itu pun bergantu nama menjadi Wunaamin Wiliwundi Ranges.

"Sudah bertahun-tahun lama kami kesulitan menentukan nama bagi barisan pergunungan yang luar biasa di Australia Barat untuk mengganti nama pemimpin yang dikenal luas sebagai penjahat tirani,” kata Menteri Dalam Negeri Ben Wyatt dikutip dari CNA.

Barisan perbukitan tersebut telah dinamai King Leopold Ranges sejak tahun 1879. Ben menegaskan, penggantian nama seorang pemimpin yang melanggengkan rasisme dan kolonialisme tak seharusnya dikenang.

Ben menambahkan, banyak pengunjung yang datang ke King Leopold Ranges kebingungan melihat Australia mengenang penuh hormat sosok yang memiliki sejarah kolonialisme itu. "Bahkan, ketika rakyat Belgia hampir meninggalkan sejarah Raja Leopold II.”

Ben meyakini bahwa Raja Leopold II bertanggung jawab atas kebijakan brutal yang membuat separuh populasi di daerah jajahannya, Kongo musnah antara tahun 1865-1909. Apalagi, saat itu Raja Leopold II melanggengkan kerja paksa. Yang mana dalam prakteknya banyak warga Kongo meninggal dan jatuh sakit.

Bagi Ben momentum mengganti nama barisan perbukitan di Australia tersebut dinilai cukup tepat. Sebab, beberapa hari yang lalu, Raja Belgia telah menyatakan rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam atas periode kelam yang terjadi di Kongo.

Sebelum Raja Philippe meminta maaf, para pengunjuk rasa BLM telah merusak beberapa patung Leopold di Belgia. Sedangkan di Australia sendiri, pengunjuk rasa masih menuntut otoritas setempat untuk menurunkan patung yang memiliki dosa masa lalu. Terutama, untuk tokoh kolonial yang banyak membunuh suku asli, Aborigin.