Toyota Bakal Kurangi Produksi Global 40 Persen, Apa Penyebabnya?

JAKARTA - Toyota berencana memangkas produksi mobil dunia hingga 40 persen mulai bulan September 2021. Lantaran terjadinya kekurangan pasokan chip semikonduktor yang belum ada tanda-tanda mereda. Bahkan, sebuah tanda rantai pasokan terbaik pun terpengaruh oleh kekurangan tersebut.

Kelangkaan chip juga membuat harga di pasaran naik hingga 600 persen. Bahkan, kondisi tersebut semakin diperburuk dengan belum bangkitnya industri otomotif dunia yang terpukul pandemi COVID-19. Apalagi, kebijakan karantina wilayah (lockdown) yang hampir diterapkan semua negara membuat pengiriman chip mengalami gangguan distribusi.

"Setelah terpaksa menutup pabrik tahun lalu karena pandemi, pembuat mobil sekarang menghadapi persaingan ketat dari industri elektronik konsumen yang luas untuk pengiriman chip di tengah gangguan rantai pasokan global," tulis keterangan resmi perusahaan dilansir dari Daily Mail, Sabtu, 28 Agustus.

Merebaknya COVID-19 dan kebijakan karantina wilayah di Jepang, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Malaysia juga semakin memukul produksi. Sebab, sebagian besar pabrik Toyota berada di negara tersebut.

"Perusahaan akan memangkas produksi global untuk September sebesar dua perlima dari rencana sebelumnya, mempengaruhi 14 pabrik di Jepang dan di tempat lain, termasuk sebagian besar pabriknya di Amerika Utara," jelasnya.

Sekadar informasi, akibat kelangkaan chip juga memukul industri otomotif di Inggris. Bahkan, masalah tersebut membuat produksi mobil menurun drastis hingga titik terendah sejak tahun 1956. Direktur Eksekutif Society of Motor Manufacturers and Traders (SMMT), Mike Hawes mengatakan, produsen mobil Inggris masih menghadapi kondisi yang sangat sulit.

Tercatat di bulan Juli produksi hanya sebesar 53.400 unit atau menurun 37,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020. Meskipun permintaan mobil baru masih tinggi, kata Mike, produsen tidak bisa memenuhi karena adanya hambatan rantai pasok dari luar negeri komponen mobil akibat kebijakan lockdown.