Bukan Taliban, AS Khawatirkan Serangan Teroris Kelompok Ini Saat Mengevakuasi Warganya di Afghanistan

JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat (AS) disebut fokus pada potensi serangan teroris di Afghanistan oleh kelompok seperti ISIS-Khorasan (ISIS-K), musuh bebuyutan Taliban, kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan kepada NBC Nightly News, Kamis.

Sullivan mengatakan, mengeluarkan orang Amerika dari Afghanistan adalah operasi yang berisiko, mengingat pertanyaan tentang apakah Taliban akan terus mengizinkan perjalanan orang-orang yang aman ke bandara, serta kemungkinan lain seperti kemungkinan serangan oleh kelompok Islam seperti ISIS-K

“Salah satu kontinjensi yang sangat kami fokuskan, adalah potensi serangan teroris oleh kelompok seperti ISIS-K, yang tentu saja adalah musuh bebuyutan Taliban, jadi kami akan terus bekerja untuk meminimalkan risiko dan maksimalkan jumlah orang di pesawat," kata Sullivan, seperti mengutip Reuters Jumat 20 Agustus.

Para pejabat AS, mengatakan mereka bekerja sepanjang waktu untuk mengevakuasi orang Amerika dan mereka yang membantu pasukan AS keluar dari Kabul, tetapi situasi keamanan di lapangan menantang mengingat kehadiran kelompok-kelompok seperti ISIS-K.

Penasihat Keamanan Sullivan mengatakan kepada NBC, tidak jelas berapa banyak orang Amerika yang masih berada di negara itu. Tetapi, Pemerintahan Presiden Biden berkomitmen untuk membawa orang Amerika mana pun yang ingin pergi dan menghubungi pejabat AS ke dalam pesawat.

Meski demikian, dia memperingatkan bahwa situasinya cair.

"Kami sekarang telah menjalin kontak dengan Taliban untuk memungkinkan perjalanan orang yang aman ke bandara. Dan itu bekerja saat ini untuk membuat orang Amerika dan Afghanistan berisiko ke bandara. Karena itu, kita tidak bisa mengandalkan apa pun," paparnya.

Sullivan menambahkan, Washington akan terus bekerja untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan jumlah orang di pesawat.

Untuk diketahui, Negara Islam Khorasan, juga dikenal sebagai IS-K atau ISIS-K, tetap aktif tiga tahun setelah didirikan, menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), yang mengatakan kelompok itu menerima dukungan dari Negara Islam di Irak dan Suriah.

CSIS mengatakan kelompok, itu bertanggung jawab atas hampir 100 serangan terhadap warga sipil di Afghanistan dan Pakistan, serta sekitar 250 bentrokan dengan pasukan keamanan AS, Afghanistan dan Pakistan sejak Januari 2017.