Rezim Militer Myanmar Tewaskan 998 Warga Sipil, AAPP: Jumlah Sebenarnya Jauh Lebih Besar
JAKARTA - Hampir 1.000 warga sipil dibunuh oleh pasukan rezim Myanmar dalam waktu kurang dari 200 hari, seiring dengan tindakan tegas yang diambil untuk memadamkan oposisi terhadap kudeta 1 Februari.
Bulan lalu, setidaknya 92 warga sipil dibunuh oleh rezim termasuk remaja, aktivis mahasiswa, pengunjuk rasa, anggota Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) dan anggota keluarga mereka, pengamat, pejalan kaki dan penduduk desa, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), mengutip The Irrawaddy 17 Agustus.
Angka bulan lalu termasuk pembantaian rezim militer terhadap 40 orang di kubu perlawanan Myanmar di Kotapraja Kani, Wilayah Sagaing selama penggerebekan ke desa-desa di kotapraja. Kotapraja tersebut telah mengalami beberapa pembantaian, seiring dengan peningkatkan operasi anti-penentangan yang digelar oleh militer.
Penduduk desa yang melarikan diri dari operasi mengatakan, ketika mereka kembali ke desa, mereka menemukan hampir 40 mayat, termasuk seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dan 11 pria lainnya yang ditangkap oleh militer Myanmar pada tanggal 26 dan 27 Juli.
Jumlah tahanan yang disiksa sampai mati oleh rezim militer Myanmar juga terus meningkat dengan sedikitnya 10 orang lainnya tewas dalam tahanan selama satu setengah bulan terakhir.
AAPP menyatakan dalam laporan terbarunya bahwa pada Hari Senin 16 Agustu, 998 orang telah dibunuh oleh pasukan junta, termasuk beberapa yang terbunuh saat ditahan.
"Ini jumlah yang diverifikasi oleh AAPP, jumlah kematian sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi," ungkap AAPP.
Wabah virus corona yang terjadi saat ini disebut juga menjadi salah satu senjata 'melawan' para kritikus anti-kudeta. Ini terjadi terhadap para tahanan politik di dalam penjara, di mana tidak sedikit tahanan politik yang meninggal karena virus corona di dalam penjara.
Baca juga:
- Akui Kemenangan Taliban, Presiden Afghanistan: Sekarang Mereka Bertanggung Jawab
- AS Kirim 1.000 Pasukan dari Satuan Legendaris Perang Dunia II ke Afghanistan, Menlu Blinken: Ini Bukan Vietnam
- Taliban Kuasai Kabul, PM Inggris: Keputusan AS Menarik Pasukan Ikut Mempercepat
- Enggan Terburu-buru Akui Rezim Taliban, Rusia Salahkan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani
Untuk diketahui, lebih dari 7.300 orang termasuk pemimpin terpilih, anggota partai NLD, komisioner pemilu, dokter, pengunjuk rasa, jurnalis, penulis, artis, dan warga sipil telah ditahan.
Terlepas dari pembunuhan dan penangkapan, orang-orang di seluruh Myanmar terus turun ke jalan untuk memprotes pemerintahan militer dan menuntut kembalinya pemerintahan sipil yang dipilih secara demokratis.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.