Bantah COVID-19 Dibuat China dan AS untuk Hancurkan Islam, Mahfud MD: Semua Agama Kena Dampaknya!
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD membantah COVID-19 sengaja dibuat untuk menghancurkan keberadaan umat Islam di dunia oleh China maupun Amerika Serikat.
Menurutnya, banyak negara di dunia yang pendudukan mayoritas non-muslim juga mengalami kasus penularan virus hingga menyebabkan kematian.
Beberapa negara itu adalah China; India dengan masyarakat mayoritas Hindu; Amerika, Jerman, dan Prancis yang penduduknya kebanyakan beragama Kristen Katolik; serta Jepang yang kebanyakan penduduknya menganut agama Sinto.
"Ini bukan konspirasi dari agama satu ke agama tertentu. Karena semua agama kena," kata Mahfud dalam kegiatan Silaturahmi Virtual Keagamaan se-Jawa Barat yang ditayangkan di YouTube Istiqomah TV, Minggu, 25 Juli.
Dirinya juga membantah COVID-19 adalah tentara Allah untuk menghabisi orang kafir seperti isu yang sempat berhembus beberapa waktu lalu di kalangan masyarakat. Eks Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu mengatakan, virus ini tidak akan melihat apakah yang terpapar rajin beribadah atau tidak.
Mahfud mencontohkan, banyak ulama yang meninggal dunia akibat COVID-19 padahal mereka sering beribadah dan menjaga wudhunya. Salah satu ulama yang disinggungnya adalah Syekh Ali Jaber.
Baca juga:
- BNPB Perintahkan BPBD Cegah Karhutla Lebih Dini, Ini Langkah-Langkahnya
- Capai Target Tengah Tahun, Pemerintah Setujui Penambahan KUR Bank Mandiri Rp4 Triliun
- Kabar Duka, Kasus Positif COVID-19 di Kaltim Bertambah 2.106 Orang per Sabtu 24 Juli
- Dibina Usai Terciduk Simpatisan Demo Tolak PPKM, Polisi Beri 6 Remaja Ini 'Kado Spesial,' Apa Itu?
"Siapa yang meragukan. Beliau menjaga wudhunya, puasa rajin, salat rajin, dakwah siang malam, beliau percaya COVID itu ada, pakai masker, wudhu, kena juga," ujarnya.
"Di Arab Saudi orang rajin salat kena, di Iran ribuan orang habis salat, ribuan orang langsung terinfeksi dan banyak yang meninggal. Karena apa mereka pakai karpet dan sajadah yang sama, bergantian lalu virus itu menular ke karpet lalu orang sujud di situ pulangnya kemudian sakit dan meninggal," imbuh Mahfud.
Lebih lanjut, Mahfud juga menyatakan aliran Jabbariyah yang yakin COVID-19 terjadi atas kehendak Allah dan Qodiriyyah yang yakin virus ini menular karena kehendak manusia tak penting lagi. Terpenting, sambung Mahfud, saat ini semua pihak bahu membahu menangani COVID-19.
Apalagi, berdasarkan hadits Nabi Muhammad semua umat Islam harus menghindari bahaya dan mejaga keselamatan. "Pisahkan unta yang sakit dan sehat karena yang sakit bisa menular. Kalau suatu kampung ada wabah yang di luar jangan masuk dan yang di luar juga jangan masuk agar tidak saling menulari," jelas Mahfud.
"Nah, itu saudara yang sekarang kita tempuh bersama dan jadi pemahaman umum. Aliran Qodiriyyah dan Jabbariyah itu tidak penting karena ini fakta di tempat kita itu. Mari kita bangun kebersamaan kita," pungkasnya.