Pagebluk COVID-19 yang Bisa Jadi Panggung Politik

JAKARTA - Pagebluk COVID-19 secara tidak langsung bisa menjadi panggung politik bagi para politisi, terutama kepala daerah. Hal ini terbukti dengan meningkatnya elektabilitas sejumlah kepala daerah seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Dari survei yang diadakan Indikator Politik Indonesia, nama Ganjar dan Ridwan Kamil memperoleh penambahan elektabilitas di tengah pagebluk COVID-19.

Survei ini dilaksanakan pada 16-18 Mei yang dilakukan melalui kontak telepon kepada 1.200 responden acak dari seluruh Indonesia. 

Survei memiliki metode simple random sampling dengan margin of error sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasil survei Indikator tersebut, elektabilitas Ganjar di bulan Mei ini naik menjadi 11,8 persen atau berada di posisi kedua setelah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang angka elektabilitasnya turun menjadi 14,1 persen. Padahal, dibanding Februari, elektabilitas Ganjar yang merupakan kader PDI Perjuangan ini berada di angka 9,1 persen.

Selain Ganjar, elektabilitas Gubernur Jabar Ridwan Kamil juga naik menjadi 7,7 persen di bulan Mei ini. Padahal, pada Februari, elektabilitasnya berkisar di angka 3,8 persen.

Tapi, kenaikan elektabilitas ini tak dirasakan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. 

Berdasarkan survei ini, elektabilitas Anies turun menjadi 10,4 persen di bulan Mei. Padahal di bulan Februari, elektabilitas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) ini mencapai 12,1 persen.

Sementara Khofifah, elektabilitasnya di bulan Mei berada di angka 4,3 persen. Angka ini turun, sebab pada Februari, elektabilitas politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini berada di angka 5,7 persen.

Menurut Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi, kenaikan maupun penurunan elektabilitas kepala daerah di tengah pagebluk COVID-19 seperti yang disampaikan dalam survei lembaganya itu terjadi karena kinerja mereka.

"COVID-19 punya dampak mengubah peta elektoral karena bisa menjadi pertarungan kepala daerah untuk menunjukkan taringnya. Akibatnya, feasibility-kelayakan capres yang tidak berasal dari kepala daerah jadi berkurang," kata Burhannudin saat merilis surveinya.

Jika dibaca dari kinerja, kenaikan elektabilitas Ganjar dan Ridwan Kamil wajar meningkat karena mereka memimpin daerah yang sudah masuk zona kuning dan bersiap menuju fase kenormalan baru. 

Di Jawa Tengah, ada 10 kabupaten/kota yang dimaksud. Yaitu, Kota Pekalongan, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Kendal, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Blora, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Rembang.

Sementara di Jawa Barat saat ini ada 11 kabupaten/kota yang sudah masuk ke zona kuning, yakni Kabupaten Cianjur, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Pangandaran, dan Kabupaten Indramayu.

Jawa Timur yang dipimpin Khofifah, terdapat 4 kabupaten/kota yang juga masuk ke dalam zona kuning. 4 daerah itu, angka penyebaran COVID-19 di wilayah tersebut masih cukup tinggi hingga saat ini. Daerah penyumbang kasus terbanyak adalah Kota Surabaya dengan total 3.124 kasus.

Sementara DKI Jakarta, meski saat ini sudah masuk ke dalam masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi, dan mulai membuka kembali kegiatan perekonomian, wilayah ini belum masuk ke dalam 136 kabupaten/kota yang berada di zona hijau maupun kuning.

Elektabilitas meningkat karena sering tampil di publik

Menurut pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin, kenaikan elektabilitas ini sebenarnya bukan hanya kinerja mereka saja. Melainkan, karena Ridwan Kamil dan Ganjar kerap tampil di hadapan publik lewat sejumlah platform baik media mainstream maupun di media sosial. 

"Kenaikan itu juga bisa saja karena permainan pemberitaan dan karena mereka juga sering turun (ke masyarakat)," ungkap Ujang saat dihubungi, Senin, 9 Juni.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini mengatakan, pagebluk COVID-19 bisa saja menjadi momentum bagi politikus, utamanya kepala daerah yang digadang-gadang akan maju di Pilpres 2024 mendatang. 

"Ya, (pagebluk ini) bisa menjadi alat atau jadi jalan untuk membangun pencitraan. Termasuk untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas mereka," ungkapnya.

Namun, Ujang mengingatkan, elektabilitas yang naik menurut lembaga survei ini tak boleh membuat terlena para kepala daerah tersebut dalam menjalankan tugasnya.

Sebab, elektabilitas ini hanyalah sementara yang bisa naik turun dan berubah seiring dengan banyaknya lembaga survei yang akan survei elektabilitas semacam ini.

"Itu kan elektabilitas sementara Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo. Lagipula, kalau disurvei oleh lembaga survei lain pasti hasilnya akan berbeda," pungkas Ujang.