Ada Ancaman Varian Baru COVID-19, Luhut: Malaysia hingga Amerika Antre Beli Peralatan Oksigen

JAKARTA - Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta agar pengadaan peralatan oksigen untuk pasien COVID-19 dipercepat. Apalagi, kata Luhut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperkirakan adanya varian baru yang diramal lebih ganas dari varian delta dan memiliki daya tular lebih cepat.

Lebih lanjut, Luhut mengatakan negara-negara di dunia saat ini sudah mulai memenuhi kebutuhan oksigen. Di antaranya Thailand, Myanmar, Filipina, Malaysia, Uni Eropa hingga Amerika Serikat.

"Konsentrator oksigen, generator, dan mobile oxygen diharapkan segera dipercepat. Negara-negara Uni Eropa dan AS sudah mulai antre untuk membeli alat-alat tersebut karena (kasus COVID-19) mulai meningkat dengan varian delta," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 19 Juli.

Selain kebutuhan oksigen, Luhut juga mengatakan pemerintah sedang menambah lokasi isolasi terpusat rumah sakit modular, serta rumah oksigen untuk menampung pasien COVID-19 yang tidak mendapat ruang perawatan.

Saat ini, kata Luhut, Kementerian BUMN dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sdang mempercepat pengerjaan Rumah Sakit Modular Tanjung Duren dan wisma untuk tenaga kesehatan.

"Kemarin saya meninjau rumah oksigen dan model ini bisa kita tambahkan di luar DKI Jakarta agar rakyat yang berada di tempat-tempat yang kurang beruntung bisa segera diidentifikasi yang positif dan kemudian dirawat dengan baik," ucapnya.

Seperti diketahui, pemerintah juga baru saja meresmikan Rumah Sakit Pertamina Jaya Extensi Arafah Asrama Haji Embarkasi Jakarta yang memiliki 150 tempat tidur ruang isolasi. Rumah sakit dengan 124 ICU dan HCU itu akan melayani pasien COVID-19 dengan gejala berat.

Di samping itu, Luhut juga mengingatkan semua untuk mewaspadai gelombang ketiga pandemi COVID-19 yang kemungkinan akan terjadi dalam waktu dekat. Mengingat WHO juga sudah mengumumkan kemungkinan varian baru yang akan muncul dengan tingkat penularan yang lebih cepat dan infeksi lebih kuat.

"Kita masih harus menghadapi ancaman ke depan. Kita tidak bisa habiskan waktu kita berdebat di sana-sini, tapi yang penting kita bekerja untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan terburuk ke depan," ujarnya.