Kripto Berperan Penting dalam Pembangunan Berkelanjutan, Ini Kata Pakar PBB

JAKARTA - Para ahli PBB percaya bahwa mata uang kripto dan teknologi blockchain yang menggerakkan ekosistem itu  benar-benar dapat meningkatkan "pengawasan lingkungan".

Terlepas dari masalah gas rumah kaca yang dihasilkan dalam penambangan Bitcoin, PBB percaya bahwa mata uang dan teknologi blockchain dapat memainkan peran penting dalam pembangunan berkelanjutan.

Para ahli PBB percaya bahwa mata uang kripto benar-benar dapat meningkatkan pengawasan mereka terhadap lingkungan. Dalam sebuah laporan bulan lalu, PBB mengatakan bahwa transparansi adalah salah satu aspek mata uang kripto yang paling berguna dan dapat memberikan catatan transaksi yang terpercaya, terutama di negara-negara dengan institusi yang lemah dan tingkat korupsi yang tinggi. 

Program Pangan Dunia (WFP) juga telah menemukan bahwa teknologi blockchain dapat membantu memastikan bahwa uang tunai sampai kepada mereka yang paling membutuhkannya.

Sementara dalam beberapa bulan terakhir, banyak orang di seluruh dunia telah menyuarakan keprihatinan tentang penambangan Bitcoin. Penambangan ini adalah sebuah proses intensif energi yang melibatkan penggunaan komputer yang kuat sepanjang waktu untuk memecahkan masalah matematika yang kompleks. 

Mengutip masalah lingkungan yang tercipta karena penambangan Bitcoin, maka CEO Tesla, Elon Musk, mengumumkan bahwa perusahaannya tidak akan lagi menerima Bitcoin. Hal ini menyebabkan jatuhnya nilai pasar Bitcoin, yang sebelumnya meroket karena kepercayaan yang ditunjukkan oleh miliarder teknologi yang sama.

Tim Berners-Lee, yang menulis kode sumber World Wide Web, menggambarkan penambangan Bitcoin sebagai “salah satu cara paling mendasar yang tidak berguna dalam menggunakan energi.”

Bitcoin adalah mata uang digital terdesentralisasi yang tidak memiliki keberadaan fisik. Bitcoin baru dibawa ke dalam sirkulasi sebagai hadiah untuk proses yang dikenal sebagai 'penambangan'. 

Bukti transaksi dalam mata uang kripto tidak disimpan dalam database pusat, melainkan disimpan dalam blok dan dicatat oleh jaringan penambang terdistribusi.

Para penambang dihargai dengan Bitcoin baru untuk setiap blok yang berhasil mereka tambang. Merekam blok melibatkan pemecahan masalah matematika yang menjadi lebih kompleks dengan setiap penambangan. 

Selama bertahun-tahun, algoritme telah menjadi lebih lama dan lebih kompleks, sehingga membutuhkan komputer khusus dengan kekuatan pemrosesan kolosal untuk dapat merekam blok.

Secara alami, proses semacam itu membutuhkan energi yang luas dan seringkali mengandalkan listrik yang dihasilkan dari bahan bakar fosil, terutama batu bara. Sesuai perkiraan oleh University of Cambridge, penambangan Bitcoin mengkonsumsi lebih dari 178 TWh setiap tahun. Ini diyakini telah membuat kebutuhan energi terus melonjak dan bisa menciptakan masalah lingkungan yang kompleks.