Ahli Gizi: Pasien COVID-19 yang Isolasi Mandiri Harus Cukup Nutrisi
JAKARTA - Ahli gizi Rita Ramayulis mengatakan para pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri (isoman) harus cukup nutrisi untuk mempercepat proses penyembuhan mereka.
"Orang dalam kondisi terinfeksi butuh vitamin dan mineral yang tinggi sekali," kata Rita dalam diskusi dan dialog ringan "Isoman Cerdas, Upaya Efektif Hadapi Gelombang COVID-19", Jakarta, Kamis.
Rita menuturkan pemenuhan gizi seimbang bisa dipenuhi dengan makanan sehari-hari dengan prinsip gizi seimbang yang diterjemahkan ke dalam makanan yang dikonsumsi. Misalnya, angka kecukupan gizi untuk vitamin C dapat dipenuhi dengan tiga porsi sayur dan tiga porsi buah.
Namun, masalahnya adalah sering kali angka kecukupan gizi tidak cukup terpenuhi sehingga memerlukan suplemen kesehatan untuk melengkapinya.
Apalagi dalam kondisi pandemi COVID-19, diperlukan penguatan imunitas tubuh. Baik bagi yang terinfeksi atau yang punya potensi terinfeksi, keberadaan suplemen itu sangat dibutuhkan.
Selain itu, kandungan cairan elektrolit dalam tubuh juga harus senantiasa terjaga. Dalam kondisi terinfeksi COVID-19, orang akan cenderung dehidrasi sehingga perlu memastikan agar tubuh tidak mengalami dehidrasi, misalnya dengan mengkonsumsi air kelapa.
Baca juga:
- Gelombang Kedua Vaksin Moderna dan AstraZeneca Tiba Hari Ini, Totalnya Mencapai 2,6 Juta Dosis
- BPOM Izinkan Vaksin Pfizer Digunakan Lawan COVID-19, Efek Sampingnya Nyeri hingga Demam
- Pemuka Agama di Banyuwangi Meninggal Saat Isolasi Mandiri COVID-19
- 10 Persen Buruh Positif COVID-19, KSPI: Mengkhawatirkan dan Membahayakan
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menyarankan masyarakat untuk tetap tenang ketika terdiagnosis positif COVID-19, dan mengenali gejalanya apakah termasuk gejala ringan atau orang tanpa gejala (OTG).
Masyarakat dihimbau untuk segera mengukur tingkat saturasi oksigen setelah dinyatakan positif COVID-19. Untuk orang dewasa, kisaran normal saturasi oksigen arteri (SaO2) adalah 95–100 persen, dan apabila di bawah ambang batas, masyarakat harus segera menghubungi Satuan Tugas COVID-19 di daerahnya untuk mendapatkan penanganan yang sesuai dengan prosedur.
Hammam menyarankan pasien COVID-19 OTG dan tak bergejala untuk isolasi mandiri (isoman), tidak perlu dirawat sesegera mungkin di rumah sakit. Hal tersebut turut membantu tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang saat ini mengalami kelebihan kapasitas untuk menangani pasien COVID-19.
Berdasarkan buku panduan COVID-19 Kementerian Kesehatan, isolasi mandiri bukan hanya menghindari kontak dengan orang lain serta tidak bepergian, namun juga dibarengi dengan mengkonsumsi vitamin dan makanan bergizi untuk mempercepat proses pemulihan.
Di samping itu Hammam menuturkan semakin masifnya proses pengujian (testing) di masyarakat akan menjadi kunci signifikan dalam pengambilan keputusan kebijakan, acuan penanganan pasien, dan pengawasan persebaran COVID-19 di Indonesia, terlebih dalam upaya pemulihan ekonomi yang saat ini sedang dilaksanakan pemerintah.
Semakin terjangkau alat deteksi COVID-19 yang beredar di masyarakat seharusnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, Hammam mengajak masyarakat untuk proaktif memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat apabila mulai merasakan gejala COVID-19, karena varian Delta yang tersebar saat ini lebih menular dibandingkan varian sebelumnya.