Pendapatan Perusahaan Ambyar, Grab Berharap Kucuran Dana Segar dari Investor
JAKARTA - Perusahaan ride-hailing asal Malaysia, Grab mengaku terpukul akibat dampak dari pandemi COVID-19 yang tentunya melanda hampir di seluruh dunia. Grab menyebut, kondisi ini seperti musim dingin yang berkepanjangan bagi kinerja perusahaan.
Melansir Reuters, Rabu 20 Mei, untuk menghadapi kondisi tersebut, Co-Founder Grab Tan Hooi Ling mengungkapkan tengah mempersiapkan strategi menghadapi kemungkinan terburuk akibat COVID-19. Salah satunya mengharapkan kucuran dana segar dari investornya, Softbank.
"Grab yang didukung oleh Softbank sedang mempersiapkan kemungkinan untuk musim dingin yang panjang," ungkap Ling.
Baca juga:
Ling juga mengatakan bahwa pendapatan utama perusahaan adalah layanan ojek daringnya yang kini merosot secara drastis karena kebijakan karantina wilayah dan physical distancing. Meski layanan pengiriman makanan dan parsel meningkat. Sehingga, secara keseluruhan pendapatan menjadi lebih rendah dari masa sebelum COVID-19 ini terjadi.
"Selama ini, kami sedang mempersiapkan skenario terburuk, yang berpotensi menjadi musim dingin yang sangat panjang," imbuh Ling.
Pada bulan lalu, CEO Grab Anthony Tan mengatakan pandemi adalah krisis tunggal terbesar yang memengaruhi kinerja perusahaan yang berusia delapan tahun tersebut, sebagaimana diindikasikan dari volume bisnis yang cenderung fluktuatif di beberapa negara.
Namun, meski Grab mengharapkan kucuran dana segar dari investornya. Belum lama ini, Softbank Group yang juga sebagai investor Tokopedia dikabarkan sedang memiliki kerugian yang cukup mengejutkan.
Perusahaan asal Jepang tersebut dilaporkan rugi bersih pada tahun fiskal 2019 sebesar 8,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp 133,5 triliun, yang disebabkan tentunya dari dampak penyebaran coronavirus dan investasinya yang bermasalah di startup co-working space, WeWork.
Softbank tentu saja tidak mengira akan memiliki kerugian yang lebih besar dari prediksi perusahaan yang sebelumnya memperkirakan rugi bersih hanya 8,4 miliar pada tahun fiskal 2019 yang berakhir di Maret 2020. Ketika itu manajemen mengingatkan investor akan kondisi pasar yang memburuk terjadi.
"Jika pandemi corona terus berlanjut akan membuat ketidakpastian pada bisnis investasi selama satu tahun fiskal berikutnya," jelas pihak Softbank dalam keterangan resminya seperti dikutip AFP.