Bagikan:

JAKARTA - Santer kabar mengatakan kalau Gojek dan Grab akan melakukan penggabungan perusahaan alias merger. Nantinya kedua penguasa industri ride hailing ini akan menjadi satu perusahaan jumbo dalam pelayanan on-demand services di Asia Tenggara.

Kabar ini pertama kali diberitakan media, The Information yang mengutip sebuah sumber dari orang dalam. Dalam laporannya mengatakan bahwa kedua perusahaan perusahaan telah melakukan penjajakan terkait konsolidasi layanan mereka.

Belakangan kedua penguasa industri ride hailing itu, mulai serius membahas soal merger perusahaan. Lebih lanjut Presiden Grab Ming Maa dan CEO Gojek Andre Soelistyo, telah melakukan pertemuan untuk mendiskusikannya rencana merger tersebut.

"Diskusi soal merger menjadi serius dalam beberapa bulan terakhir. Di mana kedua perusahaan mencoba untuk membendung kerugian yang ditimbulkan dari persaingan pangsa pasar," demikian dikutip dari The Information, Selasa, 25 Februari.

Tapi pembicaraan tersebut dikabarkan menemukan halangan yaitu tentang siapa yang akan mengontrol entitas yang telah digabungkan. Gojek dilaporkan tidak ingin operasinya dilebur ke dalam Grab.

Sedangkan Grab memberitahu investor besarnya bahwa Gojek ingin perjanjian di mana pemegang sahamnya ingin memiliki 50 persen dari operasi gabungan perusahaan di Indonesia. Namun, Grab disebut ingin mengontrol entitas gabungan ini, termasuk operasi di Indonesia.

Kendati demikian, dilaporkan Straitstimes jika rumor merger tersebut tidak benar adanya. Di mana mengutip dari pernyataan resmi Gojek yang membantah laporan tersebut.

"Tidak ada rencana merger, dan pemberitaan yang beredar di media terkait hal tersebut tidak akurat," kata Chief Corporate Affairs Gojek, Nila Marita. Sementara Grab enggan berkomentar terkait isu ini.

Jika pun rumor mengenai merger ini benar terjadi dikemudian hari, maka Grab atau Gojek bisa menjadi perusahaan startup jumbo dengan nilai valuasi yang cukup fantastis. Apalagi keduanya sama-sama telah mendapatkan gelontoran dana segar dari sejumlah investor besar. 

Sebut saja Grab baru saja mendapat suntikan dana segar sekitar 80 miliar yen atau sekitar Rp 9,8 triliun dari bank terbesar di Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group atau MUFG. Hal ini membuat valuasi dana Grab disebut-sebut mencapai 14 miliar dolar AS (Rp125,1 triliun).

Sedangkan Gojek sendiri, kini telah mengumpulkan investasi lebih dari 3 miliar dolar AS dengan total valuasi mencapai 10 miliar dolar AS. Terlebih Gojek yang baru saja membeli sebagian saham Blue Bird, sebesar Rp410 miliar.

Persaingan kedua startup decacorn ini tak hanya di bidang transportasi, namun juga dalam layanan pengantaran makanan-minuman, pengiriman barang, sistem pembayaran, dan lainnya. Baik Gojek dan Grab sama-sama telah melakukan ekspansi ke beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Vietnam, Singapura, dan Thailand.