Cinta Shah Jahan dan Mumtaz Mahal di Balik Berdirinya Taj Mahal dalam Sejarah Hari Ini, 17 Juni 1631

JAKARTA - Pada 17 Juni 1631, istri dari Kaisar Kesultanan Mughal Shah Jahan, Mumtaz Mahal meninggal saat melahirkan anak ke-14 mereka di Burhanpur, Madhya Pradesh. Untuk menunjukkan rasa cintanya kepada mendiang istri, Shah Jahan membangun sebuah makam (mausoleum) yang kita kenal saat ini dengan Taj Mahal.

Catatan sejarah yang dikutip dari Maps of India menggambarkan Mumtaz Mahal sebagai seorang wanita yang tidak memupuk ambisi politik. Hal itu sangat kontras dengan bibi dan ibu mertuanya, Nur Jehan yang mengendalikan pemerintahan sebelumnya dengan kuat.

Mumtaz Mahal dikenal sebagai sosok wanita yang begitu lembut dan penuh kasih sayang. Ia kerap membantu orang-orang miskin dan tak berdaya. Mumtaz Mahal meminta suaminya, Shah Jahan untuk memberikan bantuan kepada rakyatnya yang miskin.

Mumtaz Mahal juga menyukai arsitektur dan menghabiskan banyak waktu merawat taman di tepi sungai di Agra. Ia melahirkan 14 anak, termasuk tokoh-tokoh sejarah populer, seperti Dara Shikoh, Shah Shuja, Roshnara Begum, Jahanara Begum dan Aurangzeb.

Makam Mumtaz Mahal dan Shah Jahan (Sumber: Commons Wikimedia)

Shah Jahan tampak sangat terpukul atas kematian istri tercintanya. Tak ada yang bisa menghiburnya. Shah Jahan berkabung dengan mengisolasi diri selama satu tahun. Dan ketika dia kembali, semua rambutnya memutih dan wajahnya dirusak oleh kesedihan.

Putri sulung kesayangan Shah Jahan, Jahanara Begum membantu ayahnya melewati fase kesedihan yang sulit ini. Ia secara bertahap membawa Shah Jahan keluar dari masa berkabung. Setelahnya, Jahanara Begum menggantikan posisi ibunya di istana.

Shah Jahan membangun Taj Mahal di Agra, di mana ia naik takhta pada 1628. Pertama kali ditaklukkan oleh penjajah Muslim pada abad ke-11, kota ini diubah menjadi daerah perdagangan yang berkembang selama pemerintahan Shah Jahan.

Terletak di tepi Sungai Yamuna, akses air lebih mudah, dan Kota Agra mendapatkan reputasi sebagai "kota taman tepi sungai." Taman yang dibangun dirancang dengan cermat, subur dengan semak berbunga dan pohon buah-buahan di abad ke-16.

Pembangunan Taj Mahal

Pembangunan Taj Mahal dimulai pada 1632 M dan selesai pada 1648 M. Taj Mahal dibangun dengan marmer putih dan jadi permata arsitektur Kesultanan Mughal di India sekaligus menjadi visi Shah Jahan tentang rumah Mumtaz di surga.

Arsitektur Taj Mahal menggabungkan unsur-unsur gaya seni Islam, India, Persia, Ottoman, dan Turki. Arsitek utama Taj Mahal adalah Ahmed Shah Lahauri. Ribuan pengrajin dipekerjakan selama pembangunan monumen ini.

Bahan-bahan bangunan didapat dari seluruh India dan Asia. Lebih dari seribu gajah digunakan untuk membawa bahan bangunan. Marmer putih yang digunakan untuk membangun Taj Mahal bersumber dari Makrana di Rajasthan.

Taj Mahal (Sumber: Jovyn Chab/Instagram)

Bahan lainnya, pirus bersumber dari Tibet, lapis lazuli dari Afghanistan, batu giok dan kristal dari China, serta safir dari Sri Lanka dan Arab. Marmer putih Taj Mahal, kontras dengan hijaunya taman di sekitar dan birunya langit.

Perpaduan ini memberi rona indah pada monumen tersebut. Menurut kepercayaan luas, Taj Mahal dibangun sedemikian rupa sehingga marmer putih akan memantulkan langit. Karenanya monumen itu berubah warna di siang hari.

Pada dini hari, Taj Mahal tampak merah muda. Ia berubah warna jadi putih susu di siang hari, emas berkilauan saat matahari terbenam, dan perak berkilauan di bawah sinar bulan.

Situs warisan UNESCO yang terancam

Taj Mahal adalah salah satu tempat wisata terbaik di dunia. Taj Mahal menampung jutaan pengunjung per tahun. Taj Mahal ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1983 dan saat ini diawasi oleh Survei Arkeologi India.

Pengawasan dilakukan karena lalu lintas pengunjung yang padat. Hal itu jadi salah satu dari banyak faktor yang mengancam integritas situs. Mengutip Smart History, salah satu faktor risiko terbesar lain Taj Mahal adalah polusi udara.

Polusi udara mengubah warna eksterior. Bahkan menurut beberapa ahli, polusi udara juga menyebabkan hujan asam yang merusak marmer. Polusi udara disebabkan oleh banyak faktor, termasuk industri, emisi kendaraan, dan pembakaran limbah rumah tangga.

Taj Mahal (Mohd Aram/Unsplash)

Pemerintah India menetapkan area yang disebut Zona Trapesium Taj seluas 10.400 kilometer persegi. Area itu meliputi Taj Mahal serta Benteng Agra dan pemukiman Mughal yang bersejarah di Fatehpur Sikri.

Kilang minyak dan industri pembakaran batu bara diperintahkan untuk mengatur emisi mereka atau beralih ke gas alam di dalam zona ini. Sebagian besar telah mematuhinya. Selain itu ada juga larangan lalu lintas mobil di dekat Taj Mahal.

Monitor kualitas udara dipasang. Survei Arkeologi India juga mengusulkan pembatasan turis dan peningkatan biaya untuk membatasi dampak pengunjung. Risiko lain bagi Taj Mahal adalah mengeringnya Sungai Yamuna.

Sungai itu mengalir di sepanjang bagian belakang kompleks. Sungai telah dibendung sebagian di hulu Taj Mahal untuk menambah pasokan air. Beberapa pendapat menyebut perubahan tanah terjadi karena permukaan air yang lebih rendah. Dan itu dapat mengancam struktur Taj Mahal.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

 

SEJARAH HARI INI Lainnya