Cerita Jurnalis Dunia Ikut Tur Pemerintah China ke Tibet: Ada Aroma Pengikisan Pengaruh Dalai Lama

JAKARTA - Xi Jinping memenuhi Tibet. Lewat spanduk, gambar-gambar, pesan-pesan atas namanya, serta berbagai cara lain, Xi Jinping mencoba menghapus pengaruh Dalai Lama dari Tibet.

The Associated Press menulis sebuah laporan tentang pengalamannya mengunjungi Kota Lhasa di Tibet. Angin kencang mengibarkan bendera-bendera berisi doa-doa yang tertulis di sebuah kuil Buddha.

Di seberang kuil itu sebuah spanduk merah berisi pesan Xi Jinping terpampang. "Ideologi sosialis baru Xi Jinping dengan karakteristik China adalah panduan bagi seluruh partai dan segenap bangsa untuk memperjuangkan peremajaan besar China," tertulis dalam spanduk itu.

Kunjungan itu jadi agenda pemerintah China, di mana mereka membuka ruang bagi lebih dari selusin jurnalis asing untuk meliput langsung kehidupan di Tibet. Dalam laporan lain, Reuters menggambarkan banyaknya spanduk, gambar, dan pesan di sudut-sudut Lhasa.

Tak cuma Xi Jinping. Atribut serupa juga menampakkan sosok-sosok rekan Xi Jinping lain di Partai Komunis China. Amat mudah menemukan itu semua di sudut-sudut Ibu Kota.

Tak cuma di jalan-jalan, gambar Xi Jinping juga ditemukan di ruang kelas, kantor lembaga kelembagaan, hingga rumah, bahkan kamar tidur seorang biksu Buddha. Para jurnalis juga dipertemukan dengan figur sipil dan agama untuk diwawancara dalam 'tur' lima hari itu.

Kejanggalan-kejanggalan

Salah satu biksu di Kuil Jokhang, Lhasa ditanya oleh jurnalis Reuters tentang siapa sosok pemimpin spiritual di kepalanya. Biksu itu menyebut nama "Xi."

"Saya tidak mabuk... Saya bicara dengan bebas ke Anda," ujar biksu bernama Lhakpa itu.

Jurnalis Reuters itu menjelaskan bagaimana Lhakpa terlihat berupaya meyakinkannya bahwa ia berkata jujur. Jurnalis tersebut juga menggambarkan suasana wawancara di halaman kuil yang dipenuhi pengawasan dan pemantauan pemerintah, termasuk lewat kamera-kamera keamanan.

Ilustrasi foto (Raimond Klavin/Unsplash)

Tim liputan Associated Press juga mendapati jawaban senada. Ketika mendatangi salah satu desa di timur Lhasa, Baji, jurnalis itu berbincang dengan seorang warga bernama Tsering Yudron.

Yudron adalah akuntan. Usianya 25 tahun. Di hadapan sang jurnalis, Yudron mengatakan kampanye pengentasan kemiskinan oleh pemerintah China telah mengubah hidup mereka.

"Waktu telah berubah, sehingga tuntutan masyarakat telah berubah. Rakyat membutuhkan keyakinan agama sebagai makanan rohani mereka di masa lalu, tetapi sekarang kami tidak," ujar Yudron.

Hidup tanpa Dalai Lama

Dalai Lama ke-14 Tenzin Gyatso (Sumber: Commons Wikimedia)

Sebelum tur ini dilakukan, media-media barat secara luas memberitakan bagaimana China berupaya menghapus pengaruh Dalai Lama di Tibet. China bahkan terang-terangan menawarkan kehidupan bagi warga Tibet tanpa Dalai Lama.

Caranya, lewat pembangunan masif jalan-jalan dan sekolah. Beberapa program dan kampanye juga dirancang untuk mengikis pengaruh Dalai Lama.

[LIFESTYLE: Dalai Lama Rilis Album Musik Pertama Inner World dan Merapal Mantra Tujuh Buddha di Dalamnya]

Para jurnalis menuturkan, kecuali yang berbau-bau Xi Jinping dan sejawatnya, mereka tak menemukan simbol-simbol ketokohan lain, apalagi Dalai Lama. Pemerintah China juga disebut mengalokasikan miliaran dolar untuk pembangunan jalan, sistem kelistrikan, bandara, kereta api, sekolah, hingga program-program peningkatan harapan hidup lain.

"Tibet telah memberantas kemiskinan ekstrem ... Rakyat sekarang menjalani kehidupan yang lebih baik dan hidup dalam kepuasan. Sebuah bentuk sosialis baru di Tibet telah mendapatkan bentuknya," laporan pemerintah China pada 2019 tentang Tibet.

*Baca Informasi lain soal CHINA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

BERNAS Lainnya