Twitter Mulai Labeli Kicauan yang Mengandung Informasi Salah Terkait COVID-19
JAKARTA - Media sosial Twitter kembali memerangi kesalahan informasi terhadap postingan tentang COVID-19 atau coronavirus. Hal itu dilakukan dengan menerapkan peringatan serta label untuk tweet yang berisi informasi salah.
Dihimpun dari CNN Internasional, melalui laman blog Twitter telah bekerjasama dengan sejumlah lembaga pencari fakta untuk menangani unggahan konten terkait COVID-19. Sebab tak jarang warganet yang membagikan informasi salah ke platform media sosial ini.
Baca juga:
Warganet bisa mengakses fitur ini lewat panel bertuliskan “Dapatkan fakta tentang Covid-19.” Nantinya, pengguna dapat mengklik label tersebut dan di bawa ke halaman yang berisi informasi resmi dan kredibel tentang pandemi global tersebut.
"Peringatan itu bisa berlaku surut untuk tweet sebelumnya. Twitter tidak akan secara langsung mengecek atau menyebut tweet palsu di situs tersebut," kata ahli strategi senior global Twitter untuk kebijakan publik, Nick Pickles.
Nantinya Twitter akan memberikan label untuk postingan yang dianggap menyampaikan informasi salah. Tak terkecuali Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bisa dibilang Trump merupakan kepala negara yang paling produktif men-tweet.
"Label ini akan berlaku untuk siapa saja yang berbagi informasi menyesatkan yang memenuhi persyaratan kebijakan kami, termasuk para pemimpin dunia," tweet kepala integritas Twitter, Yoel Roth sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang bagaimana kebijakan itu akan berlaku untuk Trump dan pejabat terpilih lainnya.
Fitur label peringatan tersebut akan mengarahkan pengguna ke tweet yang dikuratori, situs web kesehatan masyarakat yang resmi, atau artikel berita yang diverifikasi kebenarannya.
"Orang-orang tidak ingin kita memainkan peran memutuskan untuk mereka apa yang benar dan apa yang tidak benar, tetapi mereka ingin orang-orang memainkan peran yang jauh lebih kuat dalam menyediakan konteks," imbuh Pickles.
Pembaruan label ini mirip dengan yang dimiliki oleh saingannya Facebook, yang mengatakan pihaknya tidak ingin menjadi penentu kebenaran, tetapi untuk mengatur para pemeriksa fakta pihak ketiga dalam meninjau kebohongan di situsnya.
Salah satu contoh tweet yang dilabeli di Twitter mencakup klaim tentang asal-usul COVID-19, yang masih belum diketahui kebenarannya. Teori konspirasi tentang bagaimana virus dimulai tersebar di media sosial selama berbulan-bulan. Twitter akan terus menghapus tweet COVID-19 yang menimbulkan ancaman bagi keselamatan seseorang atau kelompok, bersama dengan upaya untuk memicu kekerasan massal atau kerusuhan yang meluas.
Tak hanya Twitter dan Facebook, raksasa teknologi Google, YouTube dan Instagram juga telah merespon penyebaran global informasi yang salah pada platform media sosialnya.