Kami ke Lokasi Nobar 'KPK EndGame' dan Buktikan Sabotase Tak Bisa Gulung Layar yang Sudah Terkembang
JAKARTA - Minggu, 6 Juni, sejumlah upaya 'pembredelan' terjadi terhadap konten-konten digital terkait film dokumenter the EndGame: Ronde Terakhir Melawan Korupsi. Dugaan sabotase juga dilakukan pada pihak-pihak yang menyelenggarakan nonton bareng (nobar) swadaya dan diskusi menyoal itu. Kami mendatangi salah satu lokasi nobar di Jakarta Selatan. Sabotase gagal meredam. Animo justru makin terpantik.
Pendiri WatchDoc, Dandhy Laksono benar. "Layar sudah terkembang." Merespons berbagai dugaan sabotase, Dandhy menulis kata-kata itu di banyak unggahan media sosialnya. Maksud Dandhy, tak ada yang bisa menghentikan gerak swadaya publik.
Situasi yang juga kami dapati di Kedai Infus Coffee, Jakarta Selatan. Penonton justru semakin dibuat penasaran dengan yang terjadi di tubuh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
the EndGame: Ronde Terakhir Melawan Korupsi berisi kesaksian para pegawai KPK yang tak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK) dan kini terancam dipecat. Di antara mereka, sebagiannya adalah penyidik yang kerap dan sedang menangani kasus korupsi kelas kakap.
Hari itu, Senin, 7 Juni, jam tangan kami menunjukkan pukul 19.00 WIB, ketika kami sampai di Infus Coffee yang berlokasi di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Kami menemui Mohammad Zakky Mubarok, sang pemilik kedai.
Ia membatasi jumlah pengunjung hanya 15 orang di tempatnya saat itu. Informasi mengenai nobar itu Zakky unggah di Instagram @infus.coffee. Antusias sudah terlihat sejak nobar itu diinformasikan. Dilihat dari banyaknya orang yang registrasi, misalnya.
“Akhirnya, kita sebar pamflet dan enggak tahu kenapa hari ini banyak yang nge-DM. Sampai yang masuk DM ada 37-an, dan pesan WhatsApp (WA) itu ada sembilan orang yang nge-WA kita, entah itu (nomor) WA kedai atau personal," tutur Zaki, ditemui VOI.
"Nah, akhirnya kita coba tolaklah teman-teman semua karena memang kapasitas yang kita punya itu kecil. Jadi gue pengin hanya ada 15 orang biar kita bisa fokus. Biar aman juga, nyaman juga. Terus protokol kesehatannya bisa juga terpenuhi,” tambah dia.
Orang-orang terus berdatangan seiring obrolan kami dengan Zakky, hingga satu jam kemudian film dimulai. Soal ini menarik. Kedai Zakky tak berdiri di area yang besar. Lokasinya di pinggir jalan. Banyak orang datang dengan dorongan-dorongan spontan. Satu hal lain yang memvalidasi gerakan swadaya ini meluas di luar dugaan.
“Dimohon kerja samanya buat abang-abang semua yang menonton dan kakak-kakak untuk mematuhi protokol kesehatan. Ya udah paling gitu aja. Yang belakang kelihatan enggak? Oke kita mulai filmnya. Enjoy,” ucap Zakky sebelum film dimulai.
Pemutaran the EndGame: Ronde Terakhir Melawan Korupsi dibuka oleh tepuk tangan. Penonton kemudian disajikan kesaksian 16 pegawai KPK tentang apa yang terjadi selama 17 tahun menangani perkara-perkara korupsi.
Film berdurasi 1 jam 54 menit itu banyak menjawab isu-isu yang tengah menyebar di masyarakat, mulai dari RUU KPK, isu Taliban, hingga TWK. Peserta nobar yang tadinya hanya berjumlah 15 orang kian bertambah. Mereka datang dengan ojek daring atau kendaraan pribadi. Warga sekitar pun ikut bergabung.
Banyaknya orang membuat beberapa di antara mereka tak mendapat tempat duduk. Mereka berdiri atau duduk di atas sepeda motor yang diparkir di depan kedai. Hal menarik lain kami dapati, yakni kebersamaan di antara penonton yang terlihat jelas dalam nobar. Tampak beberapa penonton membawa cemilan untuk dibagikan kepada penonton lainnya.
Kepedulian terhadap pemberantasan korupsi
Kami menemui beberapa pengunjung untuk menangkap alasan-alasan mereka duduk dan menonton the EndGame: Ronde Terakhir Melawan Korupsi di Infus Coffee malam itu. Reza, misalnya. Pria domisili Kuningan, Jakarta Selatan, yang sehari-hari bekerja sebagai staf IT di salah satu perusahaan rintisan Tanah Air mengaku sengaja datang untuk nobar.
Reza ingin tahu pandangan langsung para pegawai KPK yang tak lolos TWK. Ia khawatir pemecatan para pegawai dan penyidik kasus penting justru akan melemahkan KPK dan upaya pemberantasan korupsi. Di mata Reza, KPK adalah satu-satunya lembaga yang dapat diandalkan untuk melawan korupsi. Bagaimana dengan polisi dan kejaksaan?
tutur Reza.
Lainnya, Ryan, warga Bandung yang kebetulan berada di Jakarta mengungkap hal senada. Tapi lebih dari menonton. Mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta Bandung tersebut sengaja menonton the EndGame: Ronde Terakhir Melawan Korupsi untuk bertemu orang-orang lain dan bertukar pemahaman dengan mereka. Nobar ini kesempatan yang baik, pikir Ryan yang mengaku awam.
katanya.
Sabotase tak hentikan gelaran nobar
Mohammad Zakky Mubarok bukan tak tahu risiko dari keputusan menyelenggarakan nobar the EndGame: Ronde Terakhir Melawan Korupsi di kedainya. Ia tahu ada upaya-upaya sabotase. Tapi ia juga punya alasan kuat melanjutkan agendanya.
Bukan tiba-tiba ternyata. Infus Coffee memang dibangun Zakky dengan hal-hal semacam ini sebagai salah satu tujuannya. Dari namanya saja, kata "Infus" merupakan singkatan dari "Inspiration for Us". Zakky ingin tempat yang ia bangun jadi tempat lahirnya inspirasi yang hadir lewat gairah-gairah diskusi.
Terkait isu TWK, Zakky punya pandangan. TWK diskriminatif, katanya. Korupsi adalah musuh bersama. KPK adalah harapan melawan musuh itu. Dan jika KPK dilemahkan, maka tugas publik untuk menguatkan. Sesederhana itu. Pemutaran film ini, kata Zakky adalah cara efektif menumbuhkan pemahaman dan gerakan publik untuk itu.
kata Zakky.
Satu hari sebelum nobar itu digelar Zakky, ada upaya-upaya sabotase yang dilakukan terhadap agenda-agenda perlawanan korupsi yang dilakukan sejumlah pihak. Ada akun Instagram Watchdoc --pihak yang membuat dokumenter the EndGame-- yang diretas, thread Indonesia Leaks --tentang konspirasi jahat yang melibatkan Ketua KPK Firli Bahuri-- yang dihapus, bahkan gangguan-gangguan langsung di tengah acara nobar.
Pada pemutaran the EndGame: Upaya Terakhir Melawan Korupsi di Kalimantan Barat, misalnya. Pemutaran yang dilakukan oleh anggota Gerakan Rakyat Antikorupsi (Gertak) Kalimantan Barat mendapat gangguan selama melakukan pemutaran film.
"Bahkan dua pemantik diskusi --satu di antaranya adalah anggota Gertak Kalbar dan satu dosen IAIN Pontianak-- terus menerus mendapati robocall mulai sebelum, saat, hingga setelah nobar film. Orang tua satu di antara dua pemantik mendapat bombing promo melalui smartphone," tulis Gertak dalam keterangannya, dikutip Tempo.co.
Selain itu moderator di sebuah diskusi juga mendeteksi upaya peretasan. Ia mendapat permintaan one time password (OTP) melalui pesan singkat dan telepon beberapa kali. Pesan seperti itu biasanya menandakan upaya pengambilalihan akun.
Pun peretasan juga terjadi pada akun media sosial milik WatchDoc. Pendiri WatchDoc, Dandhy Dwi Laksono mengkonfirmasi akun Instagram WatchDoc dan akun Twitter @KPKEndGame diretas.
"Akun IG Watchdoc diretas. Bersamaan dengan akun Twitter @KPK_EndGame yang kini telah berhasil dipulihkan," ujar Dandhy dalam cuitannya pada akun @Dandhy_Laksono.
JURNALISME RASA
Baca juga:
- Pengetahuan dan Teori Konspirasi COVID-19 di Kepala Masyarakat Desa
- Memahami Perspektif Kurir Sepeda sebagai Kekuatan Budaya setelah Ikutan 'Ngurir' bersama Rider Westbike Messenger Service
- Kami di Tengah Massa Pengikut Rizieq Shihab untuk Menjawab Kenapa Mereka Begitu Loyal
- Kami ke Pabrik Tahu, Pasar, hingga Warteg untuk Melihat Dampak Nyata Kenaikan Harga Kedelai