Raffi Ahmad, Gading Marten hingga Kaesang Pangarep Akuisisi Klub, Seberapa Cuan Sih Bisnis Sepak Bola?
JAKARTA - Aktor, Gading Marten resmi mengakuisisi klub sepak bola, Persikota Tangerang. Langkah Gading menegaskan kilau bisnis sepak bola. Sebelum Gading, Raffi Ahmad dan Kaesang Pangarep telah lebih dulu memilih sepak bola sebagai ladang bisnis baru mereka. Darimana sih keuntungan bisnis sepak bola? Seberapa menggiurkan uang dari sana?
Kabar akuisisi yang dilakukan Gading terlihat dari unggahan foto Instagram klub Persikota Tangerang. "Selamat bergabung Gading Marten di Persikota Tangerang," tertulis dalam keterangan foto yang menampilkan Gading bersama sejumlah pengurus klub.
"Persikota Tangerang secara resmi telah mencapai kata sepakat dengan salah satu tokoh, artis, pengusaha dan pegiat sepakbola ternama Tanah Air untuk bersama memajukan Bayi Ajaib lolos ke Liga 2 musim ini," lanjutan keterangan itu.
Terkait sejarah Persikota Tangerang, klub ini berdiri 1994, selang setahun setelah berdirinya Kota Tangerang. Persikota Tangerang memiliki julukan Bayi Ajaib. Klub yang identik dengan warna biru-kuning ini memiliki basis penggemar yang disebut Benteng Mania.
Persikota Tangerang baru bisa turun lapangan di tahun 1995 setelah mendapat pengakuan dalam Kongres PSSI, Desember 1995. Persikota Tangerang menjalani tahun-tahun awal dengan gemilang. Mereka menggebrak dominasi klub-klub senior.
Di situlah julukan Bayi Ajaib tersemat pada mereka. Pada 2013, Persikota Tangerang sempat mengalami masa sulit. 'Adik' sekota Persita Tangerang itu mengalami persoalan finansial serius hingga menyebabkan seluruh pemainnya hengkang.
Persikota Tangerang mencoba bangkit pada 2016, dengan kepengurusan dan jajaran manajemen klub yang baru. Persikota Tangerang saat ini berlaga di Liga 3. Bersama Gading, Persikota menyusun ulang sejarah mereka, dengan Stadion Benteng --markas klub-- berkapasitas 15 ribu penonton sebagai saksi.
Menyusul langkah Raffi Ahmad dan Kaesang Pangarep
Sebelumnya, Raffi Ahmad, bersama pengusaha Rudy Salim resmi mengakuisisi Cilegon United. Klub Liga 2 itu kini berganti nama jadi Rans Cilegon FC. Akuisisi diumumkan dalam sebuah acara yang digelar di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jumat, 23 April silam. Rencana investasi Rans Cilegon FC disebut mencapai angka Rp300 miliar.
Dalam acara itu Rans Cilegon FC juga mengumumkan 31 nama pemain dan beberapa sponsor. Nama Christian Gonzales dan Syamsir Alam terpilih sebagai bagian skuad Cilegon FC musim 21/22. Selain itu juga ada mantan gelandang Persija Jakarta, Asri Akbar; bek senior, Hamka Hamzah; hingga eks pemain Timnas U-19, Rendy Juliansyah.
Untuk sponsorship, Rans Cilegon FC telah menggandeng tiga sponsor. Mereka adalah Juragan 99, Raja Koin, dan Sas. Selain ketiganya, Raffi membocorkan masih ada sekitar 40 sponsor yang mengantre untuk Rans Cilegon FC. Banyaknya jumlah sponsor ini tak lepas dari daya tarik Raffi sebagai selebritas papan atas.
View this post on InstagramUntuk menjaga balans, Rans Cilegon FC menyatakan tak bakal sembarang izinkan sponsor masuk. "Tadinya kami mau sponsor eksklusif. Cuma permintaan teman-teman ternyata banyak yang datang ... Kami juga bukan sekadar ingin kerja sama begitu saja, tapi kami lihat juga niatnya memajukan sepak bola Indonesia,” kata Raffi.
Selain akuisisi Rans Cilegon FC oleh Raffi Ahmad dan Rudy Salim, ada juga akuisisi yang dilakukan Kaesang Pangarep. Anak Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu baru saja membeli 40 persen saham klub kampung halamannya, Persis Solo.
Keuntungan bisnis sepak bola
Head of Busness Climate and Global Value Chain Research Group LPEM FEB Universitas Indonesia Mohammad Dian Revindo menulis hasil riset tentang dampak ekonomi dan sosial kompetisi sepak bola Indonesia. Riset itu menunjukkan betapa menjanjikannya industri sepak bola Indonesia.
"Riset terbaru saya menunjukkan bahwa industri sepak bola Indonesia bisa menciptakan kegiatan ekonomi bernilai Rp 3 triliun selama setahun, mulai dari pertandingan di stadion, siaran langsung di televisi, dan penjualan merchandise atau pernak-pernik," dikutip dari The Conversation.
Dari sisi ekonomi, industri sepak bolah punya dua produk akhir: acara tontonan di dalam stadion dan siaran pertandingan di televisi. Produk pertama, perputaran uangnya ada di pembelian tiket, transportasi, penyewaan stadion, hingga kostum serta pernak-pernik.
Produk tontonan stadion tak memberi pemasukan besar-besar amat untuk klub. Sebelum pandemi, produk tontonan stadion hanya memiliki nilai ekonomi berjumlah Rp300 miliar untuk satu musik kompetisi liga utama.
Sementara, untuk hiburan dalam tontonan televisi, perputaran uangnya ada di sekitar industri penyiaran, periklanan, hingga teknologi informasi. Yang ini lebih cuan. Iklan pada stasiun televisi dan sponsor klub, nilai totalnya mencapai Rp1,4 triliun. Angka ini bisa meningkat seiring peningkatan kualitas kompetisi.
Dikutip Pandit Football, sebagai perbandingan, di tahun 2019, harga hak siar tiap pertandingan Liga Indonesia berkisar Rp42 juta. Sementara, hak siar satu pertandingan Liga Inggris mencapai Rp130 juta.
Selain dua hal di atas, ada potensi cuan lain yang dapat dikembangkan: bisnis sekolah sepak bola. Raffi sudah jelas mengatakan akan membangun akademi sepak bola. Dahulu bisnis sekolah sepak bola merupakan bagian dari rantai produksi pemain di suatu klub.
Kini, sekolah sepak bola lebih berkembang secara bisnis. Keluarga kelas menengah kini telah bergabung sebagai peserta kegiatan yang mendatangkan uang ini.
Akuisisi di tengah pandemi, tepatkah?
Di tengah pandemi, ketika ekonomi serba kesulitan, tepatkah langkah Raffi, Rudy Salim, Kaesang Pangarep, serta Gading Marten mengakuisisi klub sepak bola? Jawabannya, bisa jadi, iya. Terutama jika yang diincar adalah keuntungan jangka panjang.
Pandemi menekan klub ke tengah kesulitan keuangan. Kompetisi tak berjalan akibat pembatasan sosial. Kesialan itu membuat banyak pemilik klub bersedia melepas aset mereka dengan harga murah.
Ini adalah kesempatan strategis bagi investor macam Raffi, Rudy, Kaesang, ataupun Gading. Dalam jangka panjang, keterlibatan influencer dalam klub dapat berdampak positif bagi klub.
Klub bisa memerluas basis penggemarnya. Tentu saja sasaran utamanya bukan para penggemar tradisional yang telah gandrung pada klub, melainkan penggemar di luar itu. Ekspansi itu meningkatkan nilai iklan klub.
Rans Cilegon FC telah memulai pamor mereka dengan magnet perhatian. Lihat saja peluncuran klub baru yang begitu meriah, termasuk gimik Raffi dan Rudy yang datang dengan mobil Lamborghini Huracan merah. Kaesang dan Gading lebih senyap.
Tapi bagaimana kira-kira perkembangan bisnis mereka di masing-masing klub selanjutnya? kita lihat nanti.
*Baca Informasi lain soal SEPAK BOLA atau baca tulisan menarik lain dari Riki Noviana juga Yudhistira Mahabharata.
BERNAS Lainnya
Baca juga:
- House of One: Satu Tempat Ibadah untuk Islam, Yahudi, dan Kristen
- Rp6,4 T Uang Negara untuk Investasi Gojek, Pertaruhan yang Layak?
- Sadarkah Kita Cinta Laura Baru Saja Buka Topik Terpenting dan Tergenting soal Redistribusi Kekayaan
- Menggugat Perintah Kejam Kim Jong Un yang Minta Warganya Bunuh Semua Kucing