Akademisi UI Benarkan Narasi Pemulihan Ekonomi: Tapi Tak Ada Jaminan Kondisi Seperti Ini Akan Bertahan

JAKARTA - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) menyebut bahwa indikator ekonomi saat ini menunjukkan perkembangan terbaru yang mendukung prospek ekonomi berjalan lebih baik.

Sinyal positif tersebut bisa dilihat dari membaiknya permintaan domestik yang berimplikasi pada peningkatan skala ekonomi dan kepercayaan bisnis, serta perluasan aktivitas produksi dari pada saat awal pandemi terjadi.

“Semua kenyataan tersebut adalah valid dan sesuai dengan narasi pemulihan yang dibangun oleh pemerintah saat ini. Namun, terlepas dari itu tidak ada jaminan bahwa kondisi menarik yang terjadi hari ini bisa bertahan,” ungkap laporan yang ditulis oleh peneliti LPEM UI Jahen F. Rezki bersama beberapa koleganya seperti yang dikutip VOI pada Jumat, 28 Mei.

Menurut dia, pendekatan terbaik yang bisa diambil saat ini adalah membangun sikap realistis dengan tetap mengedepankan aspek kehati-hatian dalam mengambil keputusan. Pasalnya, pandemi COVID-19 sebagai game changer masih belum bisa diprediksi kapan akan berakhir.

“Tetap waspada mungkin merupakan pilihan terbaik untuk segera melewati krisis,” katanya.

Jahen menambahkan, faktor lain yang harus diperhatikan adalah risiko kesehatan dari mutasi baru virus dan vaksinasi yang lambat kemajuannya.

“Di sisi lain, tekanan ekonomi dari risiko tapering off Amerika Serikat dan perlambatan aktivitas ekonomi mitra dagang dapat menambah ketidakpastian pada agenda pemulihan di masa depan,” tuturnya.

Dalam laporan tersebut diungkap jika pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2021 yang sebesar minus 0,74 persen adalah yang tertinggi sejak pandemi melanda, meski masih tetap dalam kategori resesi.

“Ini berarti tren pemulihan berada di jalur yang tepat,” sebut dia.

Indikator perbaikan ekonomi bisa dilihat dari PMI manufaktur April 2021 yang meningkat menjadi 54,6 dari 53,2 pada bulan sebelumnya.

Lalu, kebangkitan kegiatan ekonomi juga tercermin dari komponen produk domestik bruto (PDB). Pertama, ekspor pada tiga bulan pertama tahun ini secara tahunan (year-on-year/y-o-y) meningkat menjadi 6,7 persen dari kuartal terakhir tahun lalu yang sebesar minus 7,21 y-o-y.

“Lonjakan impor menandakan peningkatan aktivitas produksi dalam negeri karena 90 persen impor Indonesia terdiri dari bahan baku dan barang modal,” tegasnya.

Kemudian, selain komponen perdagangan luar negeri, perbaikan PDB terlihat pula pada konsumsi rumah tangga dan komponen investasi. Meski masih mengalami kontraksi, konsumsi rumah tangga dan investasi mendekati wilayah pertumbuhan positif atau level 0.

“Fakta ini cukup berharga bahwa tingkat pertumbuhan negatif mungkin disebabkan oleh efek dasar yang tinggi dari kuartal I 2020 dimana COVID-19 belum sepenuhnya muncul. Terlepas dari semua sinyal positif sektor ekonomi, akan sangat baik jika seluruh komponen masyarakat, baik pemerintah dan warga negara, tidak melonggarkan fokus untuk melawan pandemi,” tutup dia.