JAKARTA - Pengamat penerbangan Alvin Lie mengingatkan bahwa seluruh industri penerbangan di dunia sedang mengalami guncangan hebat sebagai akibat dari dampak pandemi COVID-19. Menurut dia, ‘turbulensi’ itu harus dihadapi dengan pendekatan yang realistis demi keberlangsungan perusahaan penyelenggara jasa transportasi.
Pasalnya, sejumlah stimulus maupun insentif yang telah digelontorkan oleh pemerintah belum mampu mendongkrak kinerja maskapai karena faktor utama pandemi masih menjadi kendala utama yang belum terselesaikan.
“Semua airlines di dunia mengalami turbulensi yang sama. Agar bisa bertahan hidup tidak ada pilihan yang bisa diambil kecuali mengaktifkan survival mode,” ujarnya kepada VOI, Kamis, 27 Mei.
Alvin menambahkan, cara bertahan itu bisa diimplementasikan melalui sejumlah kebijakan, seperti pengkajian rute maupun jadwal penerbangan.
“Maskapai harus pintar-pintar memperhitungkan setiap flight, bukan hanya rute tetapi jadwalnya. Perlu dikaji mana yang produktif atau tidak karena setiap penerbangan sudah ada fixed cost-nya masing-masing,” tutur dia.
Lebih lanjut, Alvin memberikan kredit tersendiri terhadap rencana operasional maskapai baru Super Air Jet yang siap meramaikan langit nusantara di tengah tekanan industri aviasi saat ini.
“Saya melihatnya (Super Air Jet) sebagai sebuah kejelian pengusaha dalam memanfaatkan sewa pesawat murah saat airlines lain kesulitan membayar cicilan maupun sewa armada. Memang betul, mereka melakukan pengadaan pesawat yang agak tua, yakni Airbus A320 seri lama, tetapi dari sisi ongkos serta biaya bahan bakar lebih efisien dan tetap sesuai standar keselamatan,” jelasnya.
BACA JUGA:
Sebagai informasi, belakangan ini industri penerbangan di Tanah Air dibayangi oleh kabar kurang sedap dari maskapai nasional Garuda Indonesia yang tengah terbelit masalah keuangan dengan taksiran nilai mencapai Rp70 triliun.
Tak pelak entitas usaha milik negara itu harus mencari siasat untuk tetap bisa bertahan. Terbaru, manajemen Garuda diketahui menawarkan pensiun dini kepada karyawan guna memperbaiki neraca keuangan.
Program pensiun dini tersebut sedianya akan mulai efektif pada 1 Juli 2021 mendatang. Namun, sejak 19 Mei lalu, manajemen Garuda Indonesia telah membuka pendaftaran bagi karyawannya yang bersedia untuk ikut dalam program itu lebih awal.