Asosiasi Muslim Terbesar Jerman Inisasi Gerakan Makanan Gratis di Tengah COVID-19
JAKARTA - Di tengah mewabahnya COVID-19, kepedulian kepada sesama semakin tinggi. Salah satu contoh kebaikan datang dari relawan sebuah masjid di Kota Wuppertal, Jerman barat. Sehari-harinya, relawan masjid disibukkan dengan membagikan makanan kepada siapa saja yang membutuhkan, terlepas dari mereka Muslim maupun non-Muslim.
Relawan masjid yang juga tergabung dalam asosiasi masjid terbesar di Jerman (DITIB), telah mengirimkan tiga ratus makanan kepada warga miskin kota. Hal itu dilakukan supaya mereka dapat bertahan selama kebijakan penutupan wilayah atau lockdown.
Melansir Reuters, semula, relawan masjid malah merencanakan akan melakukan pengiriman seribu makanan kepada warga miskin kota. Bagaimana tidak, mereka sehari-harinya sangat bergantung kepada bank makanan yang terpaksa tutup karena COVID-19.
Menariknya, saat memasuki bulan suci Ramadan, bank makanan kemudian kembali buka, sehingga relawan masjid memfokuskan bantuan makanan kepada keluarga lansia Muslim dan mereka non-Muslim yang membutuhkan.
"Kami tidak hanya melayani anggota komunitas kami, tetapi kami melayani seluruh orang yang membutuhkan makanan di Kota Wuppertal," kata anggota DITIB.
“Kami telah menambahkan banyak orang yang membutuhkan ke dalam daftar kami. Oleh sebab itu, kami juga mengirimkannya kepada mereka. Mereka tentu sangat menghargainya dan semakin banyak orang mendengar tentang ini, semakin banyak orang yang mendaftar,” sambungnya.
Baca juga:
Salah satu warga Muslim yang menerima bantuan adalah Nazmiye Odabasi. Dirinya tak lupa berterima kasih kepada relawan masjid yang mau menyediakan waktu dan tenaga untuk mengantar makanan kepada kepadanya.
"Orang-orang tidak bisa pergi ke masjid, sehingga sangat menyenangkan mereka dapat mengirimkan makanan ke rumah saya," kata Nazmiye Odabasi sembari bersandar pada salah satu jendela menanti pengiriman makanan yang dilakukan relawan masjid.
Sementara itu, Pemerintah Jerman akan melakukan pelonggaran kebijakan lockdown dengan mengizinkan kembali masjid, gereja, sinagoge, dan rumah ibadah lainnya yang dimulai pada 4 Mei. Meski begitu, mereka yang beribadah tetap menjalankan physical distancing, mengenakan masker serta membatasi jumlah menjadi maksimal 50 orang.