Bikin Bangga, Begini Cara Kota Maxen Jerman Hormati Maestro Lukis Raden Saleh

JAKARTA - Nama Raden Saleh Sjarif Boestaman begitu harum dan dihormati di kota kecil Maxen, Jerman. Salah satu pelukis handal Indonesia yang dihormati di mancanegara ini, meninggalkan jejak yang nyata di Kota Maxen.

Akhir pekan lalu, ratusan penduduk Kota Maxen dan sekitarnya berduyun-duyun datang ke Rumah Biru (Blaues Häusel) di Kota Maxen yang didirikan oleh bangsawan Jerman Friedrich Anton Serre pada tahun 1848.

Tujuannya, untuk memeringati hari kelahiran Raden Saleh, pria asli Jawa yang pernah tinggal dan berkarya di kota kecil itu pada periode 1839-1849. 

Tergolong sebagai pelukis muda berbakat yang lahir di Semarang tahun 1811. Ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah kolonial untuk mengasah keterampilan melukisnya di Belanda pada tahun 1829. 

Di Belanda ia belajar melukis kepada maestro pelukis romantisme Eropa seperti Cornelis Kruseman dan Andries Schelfhout. Namun perlakuan masyarakat Belanda pada umumnya yang memandang Raden Saleh sebagai warga kelas dua, karena merupakan penduduk wilayah jajahan, membuatnya memutuskan untuk hijrah ke Jerman pada 1839. 

Dari Den Haag ia berkelana ke arah timur dan mengunjungi kota-kota di Jerman seperti Düsseldorf, Frankfurt dan Berlin untuk melanjutkan studi melukisnya kepada pelukis-pelukis lokal Jerman. 

Suatu saat, ia tiba di Kota Dresden dan Maxen dan memutuskan untuk tinggal selama 10 tahun di kota tersebut. Alasannya, ia diterima oleh masyarakat setempat yang sangat menghargai karya lukisnya sebagai manusia. Bahkan, ia mendapat panggilan 'Pangeran dari Jawa' di kota tersebut.

Pertunjukan seni budaya Angklung dalam peringatan kelahiran Raden Saleh di Jerman. (Sumber: KBRI Berlin)

“Hari ini adalah Hari Indonesia. Di depan Rumah Biru ini kita memeringati kelahiran seorang pelukis Jawa 210 tahun lalu, namanya Raden Saleh dan ia pernah menjadi bagian penting dari Kota Maxen," ujar salah satu tokoh warga setempat Jutta Tronicke, yang aktif mempromosikan sosok Raden Saleh di Jerman bersama kedutaan besar Indonesia, dalam keterangan KBRI Berlin, Senin 24 Mei.

"Ia datang ke kota ini pada 1839 dan berkawan baik dengan Tuan Friedrich Serre yang membangun pavilion ini di tahun 1848 sebagai tanda hormat untuk Raden Saleh," terangnya kepada para pengunjung sambil menunjuk ke bangunan ukuran 4 x 4 meter yang berbentuk seperti masjid lengkap dengan kubahnya yang berwarna biru. 

Di bagian atas pintu pavilion Rumah Biru ini terukir dua inskripsi aksara Jawa dan Jerman yang artinya 'Muliakan Tuhan dan Cintailah Manusia'. Inskripsi ini dibuat oleh Raden Saleh karena dia sendiri yang diminta oleh Friedrich Serre untuk menjadi arsitek bangunan ini.

"Kami menyampaikan penghargaan atas kerja sama dan dukungan Pemerintah Indonesia melalui KBRI Berlin terhadap keberadaan Rumah Biru Raden Saleh di Maxen yang berstatus cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Jerman," ungkap pemilik dan pengelola Rumah Biru Marid Helbig.  

Permainan musik angklung Sunda dan tarian tradisional Dayak yang dipertunjukkan oleh anggota Forum Masyarakat Indonesia di Dresden (FORMID), serta suguhan makanan ringan khas Nusantara melengkapi nuansa Indonesia di Kota Maxen saat itu. 

Pada kesempatan ini, KBRI Berlin juga memberikan donasi empat pohon apel untuk ditanam di sepanjang jalan setapak menuju Rumah Biru untuk memeringati 210 tahun kelahirannya. Simbol penghormatan atas jasanya sebagai 'Duta Budaya' Indonesia untuk Jerman di abad ke-19. 

"Raden Saleh adalah ikon persahabatan masyarakat Indonesai dan Jerman. Dia adalah jembatan kultur antara Indonesia dan Jerman, sehingga kedua bangsa bisa saling mengenal, mengisi dan memperkaya," tutur pasangan Michael dan Giselle yang hadir dalam kegiatan ini. 

"Bayangkan seorang Jawa bisa hadir di Maxen ratusan tahun lalu dan menjadi bagian dari masyarakat Maxen, dihormati karena karya lukisan yang luar biasa. Dia memperkenalkan Jawa kepada orang-orang Jerman melalui karya seni," tandas mereka.

Untuk diketahui, Raden Saleh yang meninggal di Bogor pada 23 April 1880. Lukisan-lukisan Raden Saleh kini bisa dinikmati di 43 museum di seluruh dunia, belum lagi sejumlah lukisannya yang dimiliki oleh kolektor pribadi.

Lukisan karyanya juga memiliki nilai yang tinggi, seperti salah satu lukisannya yang mampu terjual hampir 10 juta dolar Amerika Serikat di salah satu rumah lelang di Prancis.