Bagikan:

JAKARTA - Usai Perang Dunia II, Jerman terbelah dua: barat dan timur. Namun, kehidupan "orang komunis" di Jerman Timur yang berada di bawah naungan Soviet rupanya banyak masalah. Mulai dari masalah ekonomi sampai sistem politik. Sehingga banyak warga yang merasa tak nyaman dan berusaha melarikan diri ke Jerman Barat. Untuk membendungnya, pemerintah Jerman Timur membangun Tembok Berlin.

Hartmut Richter adalah salah satu dari ribuan warga Jerman Timur yang mengidam-idamkan kebebasan saat negaranya berada di bawah kendali negara komunis, Uni Soviet. Tak sedikit dari mereka yang ingin kabur ke Jerman Barat.

"Saya mencapai titik dimana saya tidak percaya rezim bisa diubah dari dalam," katanya dikutip Straits Times.

Richter pertama kali mencoba kabur dari Jerman Timur pada 1966. Saat itu, tembok berlin sudah berumur lebih dari satu dekade. Namun, percobaan pertamanya gagal. Ia ditangkap di kereta api karena kedapatan membawa surat palsu untuk pergi ke Austria.

Tujuh bulan kemudian, Richter mencobanya kembali. Kali ini, caranya lebih ekstrem. Ia nekat berenang dan menyelam melintasi Kanal Teltow yang memisahkan Kota Brandenburg, Jerman Timur dengan Berlin Barat. Ia perlu menempuh empat jam perjalanan untuk sampai ke sana. Jalanannya tak mulus. Sambil melawan rasa takut, ia terus berpacu dengan waktu.

"Seekor angsa menyerang saya. Anjing menggong. Saya harus menunggu beberapa kali dan menyelam di bawah air sampai pantai," kata Richter. "Aku menderita hipotermia dan kelelahan ketika akhirnya berhasil dan pingsan di pantai," sambungnya.

Setelah melewati jalan sempit, penjaga perbatasan yang siap menembak --ketika ada warga yang kabur-- dan segala rintangan lain di perjalanan, Richter akhirnya tiba di dunia yang berbeda. Kali ini ia berhasil.

Richter sempat bekerja dan belajar di Jerman Barat. Namun, kemudian rasa solidaritasnya muncul terhadap mereka yang masih berada di tembok berlin sebelah timur. "Aku ingin membantu orang lain," kata Richter.

Dirinya nekat kembali lagi ke Jerman Timur untuk membantu teman-temannya kabur. Kebetulan, pada 1972 ada peluang ketika pemerintah Jerman Timur melonggarkan aturan untuk warga Jerman Barat. Sedikitnya 30 orang berhasil ia "selundupkan" dengan menggunakan bagasi mobilnya.

Namun, Richter ketahuan. Ia dijatuhi hukuman maksimal 15 tahun kurungan. Pada tahun 1980, pemerintah Jerman Barat menebusnya kepada pemerintah Jerman Timur.

Sejarah Jerman Barat dan Timur

Setelah kalah pada Perang Dunia II, Jerman jadi bancakan empat negara. Amerika, Britis, Prancis menguasai Jerman bagian barat yang membentuk Republik Federal Jerman (RFJ). Sementara, Soviet di bagian timur yang menjadi Republik Demokratik Jerman (RDJ). 

Namun, RDJ yang saat itu menganut sistem negara sosialis terpuruk. Ekonominya ambruk serta banyak pemogokan buruh akibat perubahan sistem politik dan ekonomi.

Karena kondisi memprihatinkan tersebut, banyak orang-orang "komunis" yang menyebrang ke Jerman Barat yang liberal. Mengutip National Geographic, pada 1946 sampai 1961, tercatat ada sekitar tiga juta warga kabur.

Melihat hal ini, pemimpin RDJ menutup perbatasan dengan membangun tembok sepanjang 27 mil di perbatasan Kota Berlin pada 1952. Tembok ttu sebenarnya merupakan dua dinding paralel yang diselingi dengan penjaga dan dipisahkan oleh “garis kematian” meliputi anjing penjaga, ranjau darat, kawat berduri dan beberapa rintangan lainnya untuk mencegah warga melarikan diri.

Tentara Jerman Timur memantau tembok tersebut selama 24 jam dalam tujuh hari dan punya wewenang untuk menembak bagi siapapun yang kabur. Memang, banyak orang yang ingin melarikan diri. Mereka melakukannya dengan cara berisiko. Misalnya, melewati terowongan, balon udara, bahkan menyusup ke kereta.

Antara 1961-1989, lebih dari lima ribu orang berhasil kabur, termasuk salah satunya Hartmut Richter yang sudah diceritakan di awal. Namun, banyak juga yang kurang beruntung, sekitar 140 orang terbunuh saat berusaha melintasi tembok. Pemerintah Jerman Timur bahkan sempat diprotes Amerika Serikat karena membangun "tembok penjara". Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan berpidato berlatar tembok Berlin pada 1987.

"Sekretaris Jenderal Gorbachev, jika Anda mencari perdamaian, jika Anda mencari kemakmuran untuk Uni Soviet dan Eropa Timur, jika Anda mencari liberalisasi, datang ke sini. Ke gerbang ini. Tuan Gorbachev, buka gerbang ini. Tuan Gorbachev, robohkan tembok ini,” kata Reagan menyebut-nyebut Pemimpin Uni Soviet kala itu, dikutip History. Pidato itu ia lakukan 12 Juni, 33 tahun lalu.

Selama bertahun-tahun, Tembok Berlin menjadi simbol kekejaman Perang Dingin. Namun, dua tahun pasca-pidato Reagan, penduduk Jerman Timur habis kesabaran. Mereka menggelar unjuk rasa besar-besaran. Selanjutnya, penduduk Berlin benar-benar meruntuhkan tembok dengan palu godam dan pahat.

Akhirnya, ribuan warga Berlin Timur membanjiri tembok, para penjaga kebingungan dan akhirnya membuka pintu gerbang. Kurang dari sebulan kemudian, RDJ benar-benar hancur dan pada 3 Oktober 1990, Jerman kembali bersatu.