COVID-19 Lebih Banyak Bunuh Warga AS daripada Dua Dekade Perang Vietnam

JAKARTA - Jumlah kematian akibat COVID-19 di Amerika Serikat (AS) sekarang sudah melebihi jumlah korban perang Vietnam (1957-1975). Seperti diketahui, AS sekarang menjadi negara yang paling banyak kasus virus corona di dunia.

Menurut data terbaru Universitas Johns Hopkins, jumlah korban tewas akibat virus corona di AS mencapai 58.365. Angka itu sudah melebihi jumlah kematian warga negara Amerika dalam perang Vietnam yang berlangsung selama hampir dua dekade, yakni 58.220 kematian, menurut NPR.

Sementara, angka jumlah kematian akibat COVID-19 hampir sama dengan jumlah korban perang Vietnam, tingkat kematian (death rate) akibat virus corona jauh lebih tinggi. Sekarang diketahui tingkat kematian akibat penyakit tersebut sekitar 17,6 kematian per seratus ribu penduduk.

Sepanjang tahun 1968 adalah tahun paling mematikan bagi orang AS di Vietnam. Pasalnya, pada tahun tersebut, jumlah kematian akibat perang memperebutkan pengaruh ini tercatat 16.899. Tingkat kematian tentara AS pada tahun itu bahkan hanya setengah dari tingkat kematian pandemi yakni 8,5 orang terbunuh untuk setiap seratus ribu populasi AS. 

Jumlah korban pandemi yang rata-rata hampir menyentuh dua ribu orang dalam enam hari berturut-turut pada bulan ini juga melebihi korban harian tertinggi saat Perang Vietnam pada 31 Januari 1968, ketika 246 tentara AS tewas selama Operasi Tet.

Semua data-data paralel antara pandemi COVID-19 dengan perang vietnam itu sama-sama disiarkan oleh media. Namun, bedanya antara lima presiden --dari Dwight Eisenhower sampai Gerald Ford-- yang memegang tampuk kekuasaan selama konflik Vietnam hanya sesekali berbicara kepada publik tentang perang itu.

Sementara itu, saat ini kebalikannya, Presiden Donald Trump menjadikan dirinya sebagai pemimpin masa perang melawan corona dan mendominasi konferensi-konferensi berita yang disiarkan langsung melalui televisi. Hampir setiap malam dari Gedung Putih. 

Klaim-klaim Trump pada konferensi persnya antara lain mengatakan pemerintahnya memiliki kendali luar biasa terhadap virus ini sampai menjanjikan akan menghilangkan virus ini "secara ajaib". Namun faktanya berbanding terbalik dengan apa yang dinyatakannya. 

Data-data paralel lain yang dekat dengan total kematian akibat pandemi COVID-19 sejauh ini bisa jadi adalah musim flu 2017-1018 yang paling mematikan dalam dekade terakhir. Tercatat ada 61 ribu kematian karena influenza secara nasional yang dilaporkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dalam periode sekitar delapan bulan.