Dukung Perjuangan Palestina, Indonesia Usulkan 3 Langkah Kunci yang Harus Dilakukan OKI

JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menghadiri The Extraordinary Open-Ended Ministerial Meeting of OIC Executive Committe yang dihadiri 16 menteri dan wakil menteri negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk membahas agresi Israel di wilayah Palestina, khususnya Al Quds dan Gaza.

Dari agresi ini, sudah lebih dari 150 orang harus kehilangan nyawa termasuk perempuan dan anak anak. Serta ribuan orang harus kehilangan rumah. 

 

Sebelum pertemuan OKI, Menlu Retno melakukan komunikasi dengan para Menlu negara lain. Antara lain, Palestina, Malaysia, Brunei Darussalam, Mesir, Jordania, Turki, Saudi Arabia, Qatar, Tunisia, India, Inggris, Vietnam dan negara-negara Uni Emirat Arab.

 

"Dalam pembicaraan tersebut kita semua mengkhawatirkan situasi yang berkembang di Palestina. Saya menekankan pentingnya setiap negara menggunakan pengaruh masing-masing agar kekerasan dapat dihentikan dan gencatan senjata dapat segera dilakukan," ujar Menlu Retno dalam konferensi pers secara virtual, Minggu, 16 Mei.

 

Negara-negara OKI juga bertukar pikiran mengenai berbagai forum dan mekanisme internasional yang dapat dipakai untuk membantu Palestina dan meredakan ketegangan saat ini.

 

"Hari ini juga Dewan Keamanan PBB akan melakukan pertemuan yang akan membahas krisis ini. Kita masih belum tahu apa hasil pertemuan Dewan Keamanan PBB," sambung Retno.

 

Menlu mengatakan, Presiden Indonesia juga melakukan komunikasi dengan sejumlah pemimpin dan membahas situasi Palestina. Dalam komunikasi tersebut, presiden juga membahas tindak lanjut Asean Leaders Meeting dan juga proses perdamaian Afghanistan. 

 

Menindaklanjuti komunikasi tiga pemimpin di Asia Tenggara, yakni Presiden RI, PM Malaysia dan Sultan Brunei, maka Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam sepakat untuk mengeluarkan join statement mengenai sikap ketiga negara tersebut terhadap situasi Palestina. 

 

"Menurut rencana join statement ini akan dikeluarkan pada malam ini," kata Menlu.

 

Sementara di dalam pertemuan OKI, Menlu Retno menyampaikan bahwa untuk kesekian kalinya OKI harus kembali bertemu membahas isu yang sama yaitu agresi Israel terhadap Palestina. Sejak didirikan, komitmen negara OKI tidak pernah luntur dan terus bertekad untuk bersama Palestina dalam memperjuangkan hak-haknya.

 

"Saat ini kita masih melihat gangguan ibadah di masjid Al Aqsa, pergerakan orang Palestina dibatasi di tanah sendiri dan hak Palestina dihilangkan," kata Retno.

 

"Kita tidak boleh lupa bahwa Palestina adalah satu-satunya negara yang masih diduduki oleh kekuatan kolonial di dunia ini. Semua penderitaan Palestina disebabkan oleh Israel sebagai occupying power," tambahnya.

 

Menlu menyatakan, Indonesia mengecam keras semua tindakan yang dilakukan Israel. Yang lebih melukai lagi tindakan tersebut dilakukan di bulan suci Ramadan dan di hari raya Idulfitri. 

 

Untuk itu dalam pertemuan tersebut, Indonesia mengusulkan beberapa langkah kunci yang harus dilakukan OKI. Pertama memastikan adanya persatuan di antara negara anggota OKI dan persatuan semua pemangku kepentingan di Palestina. 

 

"Tanpa persatuan, OKI tidak akan mampu menjadi penggerak bagi dukungan internasional untuk Palestina. Begitu juga Palestina hanya bisa merdeka apabila bersatu," jelas Menlu.

 

Kedua, OKI harus mengupayakan terciptanya gencatan senjata segera. "Saya menyerukan agar masing-masing negara OKI menggunakan pengaruhnya untuk mendorong gencatan senjata secepatnya," tegas Menlu.

 

Ketiga, agar OKI tetap fokus membantu kemerdekaan bangsa Palestina. OKI, kata Retno, harus lebih keras berupaya mendorong dimulainya negosiasi multilateral yang kredibel, berpedoman pada parameter yang telah disetujui internasional dengan tujuan mencapai perdamaian lestari.

 

"Perjuangan mendukung Palestina masih jauh dr selesai. Persatuan OKI harus dijaga untuk mendukung perjuangan Palestina. Dan Indonesia akan terus mendukung perjuangan palestina," tandas Menlu Retno.