Mods Mayday: Isu Pekerja dalam Perspektif Modernis yang Sejahtera
JAKARTA - Entah sudah kali ke berapa Indonesia Mods Mayday diselenggarakan. Yang jelas, kali terakhir sudah cukup lama berlalu. 2019, tepatnya. Mods Mayday adalah harinya kelas pekerja, dalam perspektif para modernis yang identik dengan vespa dan fesyen.
Salah satu perayaan di tahun 2019 digelar di Pine Hill Cibodas, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Sejauh ingatan, komunitas Beat Boys berhasil mengumpulkan begitu banyak pecinta vespa dari seluruh Indonesia.
Acara dimulai di Monumen Perjuangan. Dari sana, ribuan skuteris berkonvoi alias rolling ke Jalan Teuku Umar-Dago-Siliwangi-Cihampelas-Cipaganti-Setiabudhi-Lembang-Maribaya-Pine Hill. Di puncak acara, musik dan gelaran lain, termasuk kontes fesyen disajikan.
Iya, vespa, musik, dan fesyen jadi identitas yang melekat dengan para modernis yang juga biasa disebut mods. Lewat Mods Mayday, para kelas pekerja menunjukkan eksistensi mereka dalam perspektif modernis.
Tentang mods/modernis
Mods atau modernis adalah sebuah subkultur yang terbentuk di London, Inggris pada awal 1960-an. Istilah mods diambil dari aliran musik modern jazz yang sempat digandrungi pemuda London pada periode pasca-peperangan.
Isu kelas pekerja dalam perspektif mods tak diperingati lewat kegiatan-kegiatan umum Hari Buruh, macam long march ataupun demo penuntutan hak. Mods justru mengangkat eksistensi mereka sebagai gelombang gaya hidup yang erat dengan skuter, fesyen, dan musik.
Dalam salah satu literasi paling berpengaruh dalam eksistensi mods, Absolute Beginners, ditulis Colin Macinnes, mods dideskripsikan sebagai "para penggemar muda jazz modern yang mengenakan pakaian modern Italia yang menonjol."
Di awal kemunculannya, kaum mods menampakkan kesan glamor dalam penampilan mereka. Ada alasannya. Situasi sosial dan politik Inggris kala itu berperan besar membentuk wujud mods demikian.
Kemenangan Inggris pada perang dunia kedua memberi dampak besar, termasuk kemakmuran ekonomi masyarakat. Jumlah upah para pekerja pun meningkat.
Kaum muda kala itu tak perlulah repot-repot untuk menopang keuangan keluarga. Mereka leluasa menikmati keberlimpahan uang hasil kerja mereka sendiri.
Melissa M. Casburn, dalam tulisan berjudul A Concise History of the British Mod Movement menjelaskan keberdayaan itu juga didorong perkembangan teknologi yang mulai bergerak. Teknologi membuat kebutuhan akan tenaga manusia berkurang. Kaum muda Inggris, yang berdaya secara keuangan pun memiliki keleluasaan waktu.
"Karena adanya baby boom setelah masa peperangan, Inggris menjadi negara yang lebih muda, membuka pasar yang lebih menguntungkan untuk dilayani dan dieksploitasi. Pada awal 1960an, hampir 40 persen populasi (Inggris) berusia di bawah 25 tahun," tulis Casburn, sebagaimana dikutip Kumparan.
Meresap lewat budaya populer
Mods langgeng dalam waktu dan menyebar ke banyak kalangan lewat berbagai budaya populer. Musik dan The Who, misalnya.
Dibentuk di Inggris pada 1964, The Who awalnya digawangi Pete Townshend (gitar), Roger Daltrey (vokal), John Entwistle (bass), dan Keith Moon (drum). Formasi ini dianggap yang paling solid.
Selain The Who, band-band lain yang identik dengan kalangan mods adalah The Small Faces, The Animals, The Yardbirds, The Kinks, Georgie Fame, hingga The Spencer.
Selain lewat musik, novel, dan banyak literasi lain, pergerakan mods juga menyebar lewat film. Lagi-lagi, The Who tokohnya.
Pada 1979, The Who merilis sebuah film berjudul Quadrophenia, diambil dari judul album mereka pada 1973. Film Quadrophenia bercerita tentang gambaran subkultur mods dari perspektif seorang penganutnya yang bernama Jimmy.
Jimmy digambarkan lewat berbagai hal identik, seperti skuter, fesyen, dan musik. Sempat dikritik karena dianggap tak relevan dengan zaman dan nilai masyarakat, Quadrophenia justru membangkitkan gairah pemuda Inggris untuk kembali menggelorakan pamor mods.
Meski bukan satu-satunya pemantik, dari Quadrophenia-lah mods gelombang kedua atau biasa disebut era mods revivalist dimulai. Selain Quadrophenia, penampilan The Jam di Wembley dalam acara Great British Music Festival tahun 1978 jadi salah satu penanda.
Band yang diawaki Paul Weller, Rick Buckler, dan Bruce Foxton itu dikenal sebagai kelompok yang memimpin era mods revivalist. Generasi britpop yang lahir pada era 90-an juga kecipratan pengaruh mods revivalist. Lihat saja Oasis, Ride, bahkan Blur?
*Baca Informasi lain soal KELAS PEKERJA atau baca tulisan menarik lain dari Yudhistira Mahabharata.