Misteri Gunung Es yang Mengempas Keagungan Titanic ke Dasar Atlantik

JAKARTA - Tidak ada firasat apa-apa di malam yang tak berbintang itu. Semua penumpang kapal beraktivitas normal. Semua menikmati pelayaran perdana dengan kapal penumpang super yang membawa mereka dari Southampton, Inggris ke New York, Amerika Serikat. Titanic, kapal legendaris nan mewah yang konon tak bisa karam.

Namun kepercayaan diri itu agaknya mulai diuji. Perjalanan penuh antusiasme itu tiba-tiba berubah ketika waktu menunjukkan pukul 23.40 malam, hari ini 14 April, lebih dari seabad lalu atau pada 1912. Awak kapal kecolongan. Tiba-tiba saja para awak kapal melihat gundukan gunung es yang keberadaannya hanya berjarak 500 meter di depan kapal.

Meski setir kemudi dibanting dengan cepat, insiden tidak dapat dihindari. Gunung es masih sempat mencium bagian belakang kapal. Beberapa bagian mulai berlubang. Air pun membanjiri kapal di beberapa ruang.

Mengutip The Journal, kapan Titanic tenggelam dalam kurun sekitar dua setengah jam. Insiden yang terjadi di Samudra Atlantik Utara itu menenggelamkan 1.514 nyawa. 

Titanic yang bertabrakan dengan gunung es (Wikimedia Commons)

Tenggelamnya kapal Titanic bisa dibilang sangat dramatis dan tiba-tiba. Pasalnya, sang pencipta bertakabur, kapal mewah itu tidak bisa ditenggelamkan oleh apapun, termasuk Tuhan, jika merujuk dialog versi film garapan James Cameron.

Berkali-kali, sejumlah karakter mengucap hal tersebut. "Bahkan Tuhan tak akan bisa menenggelamkan kapal ini," kata Caledon Hockley yang diperankan Billy Zane, sesaat sebelum menaiki kapal. Dialog itu juga diucap oleh karakter lainnya, Kapten Smith (Bernard Hill) dan sang pencipta Titanic sendiri, Thomas Andrew (Victor Garber).

Narasi itu tak main-main dihadirkan James Cameron. Dalam berbagai teori, Titanic memang disebut sebagai kapal tak hanya mewah, tapi juga amat kuat lantaran konstruksi yang dinilai sempurna. Kesempurnaan itu pula yang memantik penelusuran panjang menahun untuk mendalami, bagaimana kecelakaan itu terjadi dan bagaimana kapal yang konon sempurna itu dapat tenggelam.

>

Masalah gunung es

Namun, teori itu nyatanya hanya berlaku di dalam pabrik. Di lautan, tempat sejati alam raya, teori-teori lain bermunculan. Salah satunya tentang 1912 yang disebut sebagai tahun di mana gunung es berjumlah luar biasa banyak.

Gelombang pasang ekstrem di Pantai Greenland melanggengkan teori tersebut. Memang, kapal-kapal yang melakukan perjalanan melalui Samudra Atlantik pada waktu sebelum insiden Titanic terjadi saling bertukar laporan mengenai adanya sejumlah gunung es.

Penampakan Titanic di dasar Atlantik (Wikimedia Commons)

Pascainsiden Titanic, Patroli Es Internasional dibentuk untuk memantau bahaya es dan memperingatkan kapal-kapal di barat laut Atlantik. Salah satu cara mereka mengukur bahaya adalah dengan melaporkan jumlah gunung es yang terlihat di titik garis lintang yang membentang ke Atlantik dari selatan Newfoundland.

Di tahun 1912 sendiri tercatat ada 1.038 gunung es melintasi garis lintang tersebut. Namun, sebelum Titanic, tak ada kecelakaan fatal yang terjadi, meski risiko kapal menabrak gunung es pada tahun 1912 itu tetap tak bisa diabaikan begitu saja.

Asal gunung es Titanic

Pandangan lama menyatakan, gunung es di Samudra Atlantik yang bertabrakan dengan Titanic berasal dari sebuah glteser yang terbawa arus laut. Tak disebutkan secara presisi gletser bagian mana yang terbawa hanyut sampai sana.

Setelahnya, gunung es tersebut terbawa arus ke selatan di sepanjang Pantai Greenland Timur dan kemudian ke utara di Pantai Greenland Barat, lalu mengelilingi Baffin Bay dan menuju ke selatan di sepanjang Pantai Labrador, sebelum akhirnya sampai ke jalur pelayaran Samudra Atlantik. 

Sebenarnya, tidak ada cara pasti untuk mengatakan dari titik mana perjalanan panjang gunung es yang tiba-tiba muncul malam hari dan kemudian menghilang setelah bertabrakan dengan Titanic. Tapi, setidaknya Profesor bidang Ilmu Sistem Bumi dari Universitas Shellield Grant Bigg, lewat tulisannya di The Conversation menjelaskan model yang lebih mutakhir dan presisi untuk memetakan dari mana asalnya gunung es ini dengan memperhitungkan angin dan waktu.

 

Hasilnya, sangat memungkinkan bahwa gunung es yang menabrak Titanic terputus dari gletser di ujung barat daya Greenland selama akhir musim panas atau awal musim gugur 1911. Gunung es itu, kata Bigg mengambil jalur yang lebih langsung melintasi Laut Labrador Utara dan kemudian bertemu dengan kapal.

Hal ini tentu mematahkan argumen sebelumnya yang mengatakan gunung es melewati beberapa garis laut. Apalagi, pemodelan itu diperkuat oleh data dari pengamatan langsung.

Karenanya, Bigg mencocokkan juga dengan deskripsi gunung es dari para korban kapal. Menurut Bigg, data itu mendukung pemodelan yang dibuatnya. Artinya, besar kemungkinan gunung es itu berasal dari barat daya Greenland.