Anarcho Syndicalism, Kelompok Tak Terorganisir Tapi Berbahaya
JAKARTA - Kelompok Anarcho Syndicalism mencoba memanfaatkan kondisi pandemi virus corona atau COVID-19 dengan merencanakan kerusuhan pada pertengahan April untuk menggulingkan pemerintah. Polri pun bergerak cepat dan menangkap lima orang anggotanya karena melakukan aksi vandalime bernarasi provokatif dan dianggap sebagai pemicu aksi kerusuhan.
Namun, kelompok ini bukan kali pertama mencoba menciptakan kerusuhan dengan memanfaatkan situasi dan kondisi tertentu. Beberapa bulan ke belakang, tepatnya Agustus 2019, Anarcho Syndicalism disebut menunggangi aksi demonstrasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) di kawasan DPR RI.
Mereka memprovokasi massa demonstrasi agar aksi yang berjalan tanpa masalah bisa berubah menjadi kerusuhan. Bahkan, tujuh orang dari kelompok tersebut ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, keberadaan kelompok ini pun sudah diketahui cukup lama. Sebab, jika mudur jauh lebih kebelakang, kelompok ini mulai menujukan keberadaanya di wilayah Bandung, Jawa Barat.
Meski demikian, kelompok ini diketahui tak memiliki struktur organisasi yang jelas. Mereka hanya menggunakan media sosial sebagai wadah untuk merencanakan sesuatu dan di kondisi tertentu.
"Anarko itu kan memang tidak terstruktur. Mereka tapi ada dalam satu grup, ada grupnya. Mereka tidak terstruktur tapi pergerakannya sama menggunakan media sosial yang ada," ucap Yusri di Jakarta, Senin,13 April.
Keanggotan kelompok ini tidak jelas. Berdasarkan data yang ada, mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Mulai dari kaum berpendidikan tinggi hingga sebaliknya.
Namun, bukan berarti penyelidikan berhenti karena ketidakjelasan kelompok atau organisasi tersebut. Sebab, polisi masih mendalami dalang di balik kelompok ini karena muncul dugaan jika ada sosok pendana.
Untuk mendalaminya, polisi menelusuri ponsel lima anggota Anarcho yang ditangkap sebelumnya. Dari ponsel mereka pun berhasil diketahui jika akan ada pegerakan penjarahan di beberapa wilayah pulau Jawa.
"Kemungkinan ada aktor dibelakangnya atau yang membiayai ini masih dalam pendalaman oleh polisi," papar Yusri.
Hasil pendalaman sementara, diketahui satu dari lima tersangka yang sudah ditangkap merupakan seorang koordinator yang merencanakan aksi penjarahan di wilayah Tangerang dan sekitarnya. Setelah diperiksa lebih jauh, pemuda ini merupakan salah seorang mahasiswa di salah satu univeritas swasta di kota Depok. Dia disebut sebagai koordinator dalam grup whatsapp.
"Itu ada yang grupnya orang (Mahasiswa) Pancasila, dia itu adminnya. ini masih kita dalami," kata Yusri.
Baca juga:
Sementara, empat orang lainnya hanyalah anggota biasa. Lima orangg anggota Anarcho yang ditangkap yakni, MRR alias Bunga (21), AAM alias Aflah (18), RIAP alias Rio (18), RJ alias Riski (19), dan MRH.
Dari penangkapan mereka, barang bukti yang ditemukan adalah beberapa buku-buku yang berunsur radikalisme. Memanggapi hal ini pun, Yursi menyebut jika merupakan hal yang biasa. Alasanya, karena kelompok ini memang memilili tujuan untuk mecipatakan kerusuhan.
"Buku-buku pelajaran sama kayak teroris. Mereka kan Anarcho, Vandalisem. Tugasnya cuma bikin rusuh," tandas Yusri.