Komandan Komando Strategis AS Akui Rusia dan China Unggul dalam Moderenisasi Senjata Nuklir

JAKARTA - Pejabat tinggi militer Amerika Serikat (AS) menyebut, Rusia dan China menggungguli Negeri Paman Sam dalam moderenisasi persenjataan nuklir. 

Untuk mengimbangi kecepatan China dalam melakukan moderenisasai, Amerika Serikat diminta untuk segera berinvestasi lebih banyak dalam pertahanan dan infrastruktur nuklir. Jika tidak, Amerika Serikat disebut akan kehilangan kredibilitasnya.

Ini disampaikan oleh Komandan Komando Strategis AS Laksamana Charles Richard dalam sidang Kongres AS, Selasa waktu setempat. 

Dikatakannya, Rusia secara agresif terlibat dalam pengembangan dan modernisasi kemampuan nuklir konvensional. 

"Dan sekarang, kira-kira 80 persen selesai, sementara kita berada di titik nol. Lebih mudah untuk menggambarkan apa yang mereka tidak modernisasi, tidak ada, daripada apa mereka, yang hampir semuanya mereka moderenisasi," kata Richard, melansir CNN, Rabu 21 April.

Pun demikian dengan China, yang mampu memoderenisasi kemampuan nuklirnya begitu cepat, sehingga digambarkannya, setiap minggu pasti ditemukan sesuatu yang tidak diketahui tentang China (moderenisasi).

Rudal balistik milik China. (Sumber: nationalinterest.org)

"Sementara cadangan nuklir China jauh lebih kecil daripada persenjataan nuklir Amerika Serikat dan Rusia, negara itu sedang mengalami ekspansi yang belum pernah terjadi sebelumnya," terang Richard.

Merujuk pada perjanjian START Baru, Rusia dan Amerika Serikat membatasi hulu ledak nuklir mereka pada angka 1.550 hulu ledak nuklir untuk rudal balistik antarbenua mobile, rudal balistik berbasis kapal selam hingga rudal balistik yang diangkut dengan pembom berat. Sementara, China diperkirakan hanya memiliki sekitar 320 hulu ledak nuklir, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.

Nuklir & kapal selam

Pemerintahan Presiden Joe Biden saat ini sedang meninjau postur nuklir yang mereka miliki, serta memeriksa uang yang diinvestasikan dalam program moderenisasi nuklir.

Tujuan peninjauan tersebut untuk mengurangi tujuan senjata nuklir dalam strategi pertahanan Amerika Serikat, menurut Senator Partai Demokrat Elizabeth Warren.

"Saya setuju dengan tujuan itu dan saya pikir itu tidak sesuai dengan tingkat pengeluaran yang sangat tinggi. Setiap pemerintahan membuat keputusan strategis tentang struktur kekuatan dan modernisasi kami, dan ketika menyangkut senjata nuklir, keputusan itu membawa bobot yang luar biasa," papar Warren.

Merujuk laporan Kantor Anggaran Kongres AS tahun 2017, biaya operasi, peningkatan dan modernisasi program senjata nuklir diperkirakan menelan biaya 1,2 triliun dolar AS.

Kapal selam nuklir K-114 Tula Armada Laut Utara. (Wikimedia Commons/Rusia RIA Novosti archive image #895550  Mikhail Fomichev)

Richard menggambarkan, dua pekan lalu pihaknya berencana mengevaluasi potensi ancaman dari China. Namun, sepekan berselang, China ternyata memiliki lebih banyak reaktor nuklir dibanding sebelumnya. 

"Dengan reaktor yang cepat berkembang, Anda sekarang memiliki sumber plutonium tingkat senjata yang sangat besar tersedia untuk Anda. Itu akan mengubah batas atas dari apa yang China dapat pilih untuk lakukan, jika mereka ingin dalam hal perluasan lebih lanjut dari kemampuan nuklir mereka."

Tak hanya itu, Richard menyebut divisi nuklir China dalam posisi siaga tinggi, siap diluncurkan kapan pun, untuk melakukan serangan balasan segera setelah sensor mendeteksi ancaman yang datang. 

Sementara, Rusia disebutnya mengoperasikan peralatan yang sepenuhnya baru, dengan kemampuan nuklir yang memadai. 

"Mereka berada di generasi kedua dari kapal selam rudal balistik baru. Mereka memiliki rudal balistik baru untuk itu. Itu cukup mumpuni. Mereka memiliki rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat yang sangat mengesankan," ungkapnya.

"Mereka memiliki peluncur misil gerak sendiri yang baru, meningkatkan kemampuan bom yang dimiliki. Mereka juga memiliki senjata baru dari (pesawat) pembom," tukasnya.

Richard memperingatkan, pertahanan rudal AS saat ini 'memadai'. Namun, perlu langkah ke depan untuk melawan ancaman yang terlihat dengan melakukan moderenisasi.