Pengadilan Thailand Keluarkan Surat Penangkapan Tukang Ojek Penembak Mati Anggota Oposisi Kamboja

JAKARTA - Pengadilan Thailand mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap tersangka pembunuh bayaran yang menembak mati mantan anggota parlemen oposisi Kamboja.

Lim Kimya (74) yang tiba di Thailand beberapa jam sebelumnya, ditembak mati pada Selasa oleh seorang pria bersenjata yang menunggu. Pelaku melepaskan tiga tembakan.

Lim Kimya, seorang warga negara Kamboja dan Perancis menyeberang ke Thailand dari Kamboja pada Selasa siang bersama istri dan saudara laki-lakinya dan melakukan perjalanan ke Bangkok dengan bus sebelum dia ditembak mati.

Kolonel Polisi Sanong Saengmanee, pengawas kantor polisi setempat, mengatakan kepada Reuters, surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk seorang pengemudi ojek berusia 41 tahun karena pembunuhan berencana.

Kepala polisi Bangkok, Jenderal Siam Boonsom, mengatakan penyelidikan sejauh ini menunjukkan pembunuhnya adalah seorang pembunuh bayaran.

“Kami sudah mengumpulkan bukti-bukti dan mengetahui siapa pelakunya. Saat ini kami sedang berupaya untuk menangkapnya,” katanya kepada wartawan dilansir Reuters, Rabu, 8 Januari.

Lim Kimya adalah anggota Partai Penyelamatan Nasional Kamboja, oposisi populer yang dibubarkan oleh pengadilan menjelang pemilu tahun 2018 atas dugaan rencana makar.

CNRP pada saat itu mengatakan tuduhan terhadap mereka dibuat-buat oleh Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa.

Lim Kimya terbaring telentang usai ditembak. Koper kecil berwarna biru tergeletak di dekatnya.

“Pihak berwenang Thailand harus segera dan menyeluruh menyelidiki dan mengadili mereka yang bertanggung jawab,” kata Bryony Lau, wakil direktur Asia di Human Rights Watc.

“Pemerintah Kamboja telah mengintimidasi, mengawasi dan melecehkan mantan anggota CNRP – termasuk mereka yang tinggal di pengasingan di negara tetangga, Thailand,” imbuh Lau.

Juru bicara pemerintah Kamboja Pen Bona mengatakan pembunuhan itu adalah urusan pihak berwenang Thailand. Dia mengatakan pemerintah Kamboja sering dituduh oleh kelompok oposisi sebagai pihak yang berada di balik insiden tersebut.