Australia Setujui Ekstradisi, Eks Marinir AS Latih Pilot Militer China Terancam Dibui 60 Tahun

JAKARTA - Australia berencana melakukan proses ekstradisi terhadap mantan pilot Korps Marinir Amerika Serikat (AS) Daniel Duggan yang terlibat kasus pelatihan pilot jet tempur China.

Jaksa Agung Australia Mark Dreyfus menyetujui ekstradisi Duggan dari Australia ke AS pada hari ini, Senin 23 Desember. Namun terkait kapan tanggal pasti ektradisi masih belum disebutkan. 

Keputusan ini sekaligus mengakhiri keinginan pria kelahiran Boston berusia 55 tahun itu selama hampir 2 tahun agar tidak kembali lagi ke AS.

“Duggan diberi kesempatan untuk memberikan pernyataan tentang mengapa ia tidak ingin diserahkan ke Amerika Serikat. Dalam mengambil keputusan, saya mempertimbangkan semua materi yang ada di depan saya,” kata Dreyfus dalam pernyataan, Senin 23 Desember, dikutip dari AP.

Duggan, ayah enam anak yang bertugas di Marinir selama 12 tahun sebelum berimigrasi ke Australia telah melepaskan kewarganegaraan AS-nya.

Ia sedang menjalani hukuman penjara di lapas keamanan maksimum sejak ditangkap pada 2022 di rumah keluarganya di negara bagian New South Wales.

Berdasarkan dakwaan tahun 2016 di berkas Pengadilan Distrik AS, Washington, D.C, yang dibuka ke publik pada akhir tahun 2022, tertulis jaksa penuntut umum menuding Duggan berkonspirasi dengan orang lain untuk memberikan pelatihan kepada pilot militer China pada tahun 2010 dan 2012. Bahkan pelatihan berlangsung di waktu tertentu, tanpa mengantongi lisensi yang sesuai.

Jaksa menyebutkan, atas pelatihannya, Duggan menerima pembayaran sekitar 88.000 dolar Australia atau 61.000 dolar AS. Ia juga mendapatkan kompensasi perjalanan internasional dari konspirator lain untuk apa yang terkadang digambarkan sebagai "pelatihan pengembangan pribadi".

Jika terbukti bersalah dalam pengadilan di AS, Duggan terancam hukuman maksimal hingga 60 tahun penjara.

Namun sejauh ini, ia membantah tuduhan tersebut. "Kami merasa diabaikan oleh pemerintah Australia dan sangat kecewa karena mereka telah gagal total dalam tugas mereka untuk melindungi keluarga Australia," kata istri Duggan, Saffrine Duggan, dalam sebuah pernyataan hari ini. "Kami sekarang sedang mempertimbangkan pilihan lain," sambungnya.

Hanya ada satu harapan terakhir ekstradisi terhadap Duggan tidak terealisasi sehingga bisa tinggal di Australia, yaitu mengajukan banding ke jaksa agung.