Penantian Keputusan Bebas Bersyarat Julian Assange
Pendiri WikiLeaks Jullian Assange (Sumber: Wikipedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Pendiri WikiLeaks Julian Assange menantikan kebebasannya setelah bertahun-tahun ditahan akibat tuduhan spionase dan peretasan komputer pemerintah Amerika Serikat (AS). Hal itu menyusul kemenangan dalam menghindari ekstradisi dari Inggris ke Amerika Serikat (AS).

Assange, yang saat ini masih ditahan di Penjara Belmarsh dengan keamanan tinggi di London timur, akan berusaha untuk dibebaskan dengan jaminan. Jika permintaannya dikabulkan, Assange dapat menikmati kebebasan untuk pertama kalinya dalam lebih dari delapan tahun.

Mengutip Reuters, Rabu 6 Januai 2021, seorang hakim Inggris menolak permintaan dari otoritas AS untuk mengekstradisi Assange ke AS. Jika diekstradisi ke AS, Assange akan menghadapi 18 tuduhan pidana karena melanggar undang-undang spionase dan berkonspirasi untuk meretas komputer pemerintah.

Tuduhan tersebut terkait bocornya ratusan ribu catatan rahasia militer AS dan diplomatik oleh WikiLeaks yang menurut pejabat AS membahayakan nyawa. Meskipun Hakim Vanessa Baraitser menerima argumen hukum AS dalam kasus tersebut, dia mengatakan masalah kesehatan mental Assange yang berisiko bunuh diri jika dia diekstradisi. 

Namun Departemen Kehakiman AS tampaknya tak akan menyerah. Mereka mengatakan akan terus mengupayakan ekstradisinya dan akan mengajukan banding atas putusannya.

Pendukung Assange memuji pria kelahiran Australia itu sebagai pahlawan karena mengungkap apa yang mereka gambarkan sebagai penyalahgunaan kekuasaan oleh AS. Namun para pencela menganggapnya sebagai sosok berbahaya yang telah merusak keamanan dan tak mengakuinya sebagai jurnalis.

WikiLeaks menerbitkan ratusan ribu diplomatik rahasia AS yang mengungkapkan penilaian kritis AS terhadap para pemimpin dunia, dari Presiden Rusia Vladimir Putin hingga anggota keluarga kerajaan Arab Saudi.  Assange menjadi berita utama internasional pada awal 2010 ketika WikiLeaks memublikasikan video rahasia militer AS yang memperlihatkan serangan helikopter Apache pada 2007 yang menewaskan belasan orang di Baghdad.

Perjalanan Assange

Pada Juni 2012, Assange yang merupakan warga negara Australia, melarikan diri ke kedutaan besar Ekuador di London setelah kalah dalam upayanya untuk mencegah ekstradisi ke Swedia. Ia terancam diekstradisi ke Swedia untuk diinterogasi atas dugaan kejahatan seksual.

Dia tetap berada di kedutaan, hidup dalam kondisi terbatas, sampai diseret keluar pada April 2019. Meskipun kasus Swedia terhadapnya telah dibatalkan saat itu, dia dipenjara karena melanggar ketentuan jaminan Inggris dan para pendukungnya kehilangan jaminan sebesar 93.500 poundsterling. 

Assange tetap berada di balik jeruji besi setelah menyelesaikan masa hukumannya sambil menunggu hasil dari kasus ekstradisi AS. Baraitser sebelumnya menolak jaminannya, dengan mengatakan dia tetap berisiko melakukan penerbangan.

Pasangan Assange, Stella Moris yang telah melahirkan dua anak saat bersembunyi di kedutaan, mengatakan mereka tidak bisa merayakannya selama Assange masih di penjara. “Kami akan merayakannya saat dia pulang,” katanya.

Sementara itu, kuasa hukum Assange Edward Fitzgerald mengatakan putusan penolakan ekstradisi Assange memberikan cahaya baru atas keputusan jaminan.