NATO Ambil Alih Koordinasi Bantuan Militer ke Ukraina Menggantikan Amerika Serikat

JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengambil alih koordinasi bantuan militer Barat ke Ukraina yang sebelumnya dilakukan Amerika Serikat sesuai rencana, seorang sumber pada Hari Selasa, langkah yang secara luas dipandang bertujuan untuk melindungi mekanisme dukungan terhadap Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump yang skeptis terhadap aliansi itu.

Langkah tersebut, yang dilakukan setelah penundaan beberapa bulan, memberi NATO peran yang lebih langsung dalam perang melawan invasi Rusia sementara tidak melibatkan pasukannya sendiri.

Namun, para diplomat mengakui penyerahan ke NATO mungkin memiliki efek terbatas mengingat AS di bawah Trump masih dapat memberikan kemunduran besar bagi Ukraina dengan memangkas dukungannya, karena mereka adalah kekuatan dominan aliansi dan menyediakan sebagian besar senjata ke Kyiv, dikutip dari Reuters 18 Desember.

Markas besar misi baru NATO di Ukraina, yang dijuluki NATO Security Assistance and Training for Ukraine (NSATU), berlokasi di Clay Barracks, pangkalan AS di Kota Wiesbaden, Jerman.

Sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters, markas tersebut sekarang beroperasi penuh. Tidak ada alasan publik yang diberikan atas penundaan tersebut.

Sementara, markas besar militer NATO SHAPE mengatakan misinya di Ukraina mulai mengambil alih tanggung jawab dari AS dan organisasi internasional.

"Pekerjaan NSATU dirancang untuk menempatkan Ukraina pada posisi yang kuat, yang menempatkan NATO pada posisi yang kuat untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan satu miliar penduduknya di Eropa dan Amerika Utara," jelas Panglima Tertinggi Sekutu Eropa Jenderal Angkatan Darat AS Christopher G. Cavoli.

"Ini adalah hari yang baik bagi Ukraina dan hari yang baik bagi NATO," tambahnya.

Trump, yang akan menjabat pada Bulan Januari, mengatakan ingin mengakhiri perang di Ukraina dengan cepat, tetapi belum memberitahu bagaimana ia akan melakukannya.

Politisi Partai Republik itu diketahui sejak lama mengkritik skala bantuan keuangan dan militer AS ke Ukraina.

Di masa lalu, kelompok Ramstein yang dipimpin AS, koalisi ad hoc dari sekitar 50 negara, telah mengoordinasikan pasokan militer Barat ke Kyiv.

Trump mengancam akan keluar dari NATO selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden, menuntut sekutu harus membelanjakan 3 persen dari PDB nasional untuk militer mereka, dibandingkan dengan target NATO sebesar 2 persen.

Sementara itu, Pemerintahan Presiden AS Joe Biden yang akan lengser di Washington berusaha keras untuk mengirim sebanyak mungkin senjata ke Kyiv, di tengah kekhawatiran bahwa Trump akan memangkas pengiriman perangkat keras militer ke Ukraina.

NSATU akan memiliki kekuatan total sekitar 700 personel, termasuk pasukan yang ditempatkan di markas militer NATO SHAPE di Belgia dan di pusat logistik di Polandia dan Rumania.

Terpisah, Rusia mengecam peningkatan bantuan militer Barat ke Ukraina karena berisiko memicu perang yang lebih luas.