Menuju 2025: Selamat Tinggal Generasi Alpha, Selamat Datang Generasi Beta

JAKARTA – Tahun 2024 menjadi tahun terakhir kelahiran Generasi Alpha. Mulai tahun depan, anak-anak yang lahir di 2025 sampai 2039 akan disebut Generasi Beta atau Gen B. Mereka yang lahir pada periode ini akan tumbuh di dunia yang sangat berbeda dari yang kita tahu sekarang ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah generasi sering digunakan untuk mengelompokkan orang dalam satu kurun waktu tertentu di mana mereka mengalami kultur, sosial, dan sejarah yang serupa.

Mengutip Parents, generasi adalah sekelompok orang yang lahir di periode yang hampir bersamaan. Mereka biasanya dikelompokkan dalam interval waktu sekitar 20 tahun, demikian ditegaskan Deborah Carr, PhD, professor dan ketua departemen sosiologi Boston University.

“Generasi memiliki arti spesial karena anggotanya cenderung mengalami peristiwa penting dan transisi kehidupan pada momen bersejarah tertentu, yang kemudian membentuk kehidupan mereka,” jelas Carr.

Peristiwa-peristiwa ini tidak hanya memengaruhi cara hidup, tapi juga menciptakan tren, seperti penamaan bayi hingga gaya pengasuhan anak.

Tahun 2024 menjadi tahun terakhir bagi kelahiran Generasi Alpha. (Unsplash)

Dekat dengan Teknologi

Tepat pukul 00.00 pada 1 Januari 2025, akan menjadi waktu perpindahan tahun sekaligus menandai hari pertama kemunculan Generasi Beta. Kemunculan generasi ini juga menjadi penanda berakhirnya Generasi Alpha yang periode kelahirannya sejak 2010.

Istilah Gen Alpha dan Beta diciptakan oleh pakar dmografi asal Australia, Mark McCrindle. Gen Beta merupakan generasi ketujuh sejak penamaan awal pada 1901.

Meski mereka belum lahir, namun sejumlah ahli telah memprediksi karakteristik Gen Beta. Prediksi ini muncul berdasarkan perkembangan teknologi dan sosial saat ini. Generasi yang lahir setelah 2025 ini akan menjadi orang dewasa pada 2040-an.

Anak-anak ini akan tumbuh dengan dikelilingi teknologi terkini seperti AI (artificial intelligence), AR/VR, robot, dan berbagai device cerdas lainnya.

Contoh, seorang anak berusia 8 yang diberi nama Jiwoo, yang setiap harinya belajar dengan konten pendidikan yang dipersonalisasi dan siapkan oleh asisten AI. Alih-alih menghadiri kelas dengan seorang guru, Jiwoo bergabung dengan kelas virtual bersama teman-teman dari seluruh dunia untuk mempelajari sejarah dan menjelajahi runtuhan kuno melalui augmented reality.

Setelah sekolah, Jiwoo juga mungkin belajar coding dengan teman robotnya dan bahkan mengunjungi rumah teman-temannya menggunakan drone otonom. Terdengar seperti film-film sains memang, tapi hal ini sangat mungkin dialami Generasi Beta.

Sementara itu, di laman resminya, McCrindle berpendapat Gen Beta akan menjadi generasi yang terintegrasi secara teknologi, sekaligus generasi yang penuh rasa ingin tahu. Generasi yang akan lahir mulai tahun depan ini diprediksi memiliki toleransi yang tinggi sehingga terhadap perbedaan, sehingga menerima dan melibatkan berbagai kelompok dalam aktivitasnya.

McCrindle juga menyatakan semua prediksi ini dipantai lewat tema kehidupan sekarang. Ia menjabarkan, berbagai hal lain bisa saja muncul sebagai gebrakan Gen Beta dan tidak dapat diprediksi.

Dibayangi Penurunan Populasi

Generasi Beta diyakini akan memiliki perbedaan karakter dibandingkan Gen Alpha dan Gen Z. Periode kelahiran yang berbeda ini memiliki situasi terkini masing-masing dalam proses pembentukan kepribadian dan perilaku mereka.

Gen Alpha diklaim lebih dekat dengan keluarga karena nilai kekeluargaan yang dipegang oleh sejumlah generasi sebelumnya. Mereka ini rata-rata merupakan anak dari generasi milenial.

Sedangkan Gen Z dikatakan lebih bergantung pada teknologi. Kebiasaan ini kadang memberikan dampak negatif, misalnya lebih nyaman interaksi lewat teknologi dibandingkan tatap muka langsung.

Khusus di Korea Selatan, warga menyambut Gen Beta dengan sedikit berbeda. Generasi ini akan tumbuh di tengah makin merosotnya angka kelahiran dan perubahan struktur populasi di Korsel.

Itu artinya, anak-anak akan tumbuh di struktur keluarga yang lebih kecil, menerima sumber daya yang lebih terfokus. Misalnya, Jiwoo, mungkin akan menjadi anak tunggal atau memiliki sedikit saudara kandung. Dengan dukungan yang terkonsentrasi dari orangtua, kakek-nenek, dan bahkan buyut, Jiwoo akan memiliki akses ke lebih banyak sumber daya pendidikan dan dukungan emosional.

Generasi Beta akan menjadi generasi yang terintegrasi secara teknologi. (Unsplash)

Tumbuh dalam lingkungan seperti itu, Jiwoo akan memiliki ekspektasi tinggi untuk pencapaian pribadi, bersama dengan rasa tanggung jawab dan kemandirian yang lebih besar.

Generasi setelah Beta juga sudah dikenal identitasnya, yaitu Generasi Gamma. Generasi Gamma akan lahir pada 2040 hingga 2054. Mereka diramalkan mengalami lingkungan teknologi yang lebih maju. Generasi Gamma akan tumbuh dalam masyarakat yang dibangun atas integritas teknologi yang mendalam dan keberlanjutan.

Generasi Gamma akan hidup dalam masyarakat yang sangat terhubung, yang mengarah pada gaya hidup lebih efisien dan cerdas. Generasi ini juga akan menyaksikan kemajuan teknologi ekstrem untuk mengatasi perubahan iklim dan masalah lingkungan, dengan peran penting yang dimainkan oleh teknologi penangkapan karbon, energi hijau, dan teknik pemulihan ekologi.