Bagikan:

JAKARTA – Memasuki tahun 2025, dunia menandai awal dari era baru: Generasi Beta. Anak-anak yang lahir mulai tahun ini hingga 2039 akan menjadi bagian dari generasi yang tumbuh dalam dunia yang semakin terhubung dengan teknologi dan menghadapi perubahan budaya serta sosial yang revolusioner.  

Dikutip dari IFL Science, Mark McCrindle, seorang peneliti sosial dan futuris yang juga menciptakan istilah Generasi Alpha, menyebut bahwa transisi ini menandai babak baru dalam sejarah manusia. Menurutnya, Generasi Beta akan berkembang bersamaan dengan teknologi terkini, seperti kecerdasan buatan (AI), pengalaman virtual, dan otomatisasi canggih.  

"Generasi Beta kemungkinan akan menjadi generasi pertama yang mengalami transportasi otonom secara masif, teknologi kesehatan wearable, dan lingkungan virtual imersif sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari," ujar McCrindle.  

Generasi Beta adalah anak-anak dari Millennial (lahir 1980–1994) dan Gen Z (lahir 1995–2009), yang sudah akrab dengan dunia berbasis teknologi. Namun, Generasi Beta akan melangkah lebih jauh.  

“Tahun-tahun pembentukan mereka akan ditandai oleh personalisasi yang ekstrem—algoritma AI akan mengatur cara mereka belajar, berbelanja, hingga berinteraksi sosial dengan tingkat presisi yang belum pernah ada sebelumnya,” tambah McCrindle.  

Di masa depan, dunia digital dan fisik akan semakin sulit dibedakan, di mana kecerdasan buatan dan otomatisasi menjadi hal yang lumrah. Transportasi tanpa pengemudi, perangkat medis yang bisa dipakai, dan realitas virtual akan menjadi bagian integral dari kehidupan mereka.  

Meski terbiasa dengan teknologi, orang tua dari Generasi Beta—yakni Gen Z—semakin sadar akan dampak negatif teknologi, khususnya media sosial, terhadap perkembangan anak.  

“Gen Z sebagai orang tua lebih cenderung menekankan pentingnya membatasi waktu layar bagi anak-anak mereka. Mereka melihat manfaat teknologi tetapi juga sadar akan risikonya dan mulai mendorong pembatasan akses teknologi bagi anak-anak mereka,” kata McCrindle.  

Generasi Beta juga akan menghadapi tantangan besar, seperti perubahan iklim, ketimpangan global, dan pergeseran demografi dunia. Nilai-nilai orang tua mereka, yang umumnya memperjuangkan keberagaman, kesetaraan, dan keberlanjutan, akan mempengaruhi cara mereka menghadapi isu-isu tersebut.  

“Pendekatan mereka terhadap masalah global kemungkinan besar akan mencerminkan nilai-nilai ini, yang dapat mendorong terciptanya solusi inovatif untuk tantangan dunia,” ungkap McCrindle.  

Pada tahun 2035, Generasi Beta diperkirakan akan mencakup sekitar 16% dari populasi dunia. Generasi ini tidak hanya akan menjadi saksi kemajuan teknologi yang pesat tetapi juga aktor utama dalam perubahan sosial dan lingkungan di dunia yang semakin kompleks.  

Dengan berakhirnya era Generasi Alpha, Generasi Beta kini bersiap membawa dunia ke masa depan yang lebih digital, terhubung, dan penuh tantangan. Bagaimana mereka menavigasi tantangan dan peluang ini akan sangat menentukan wajah dunia di abad ke-21.