8 Alasan Anak Berperilaku Buruk serta Cara Menanggapinya
JAKARTA - Anak-anak menggunakan perilaku mereka untuk menunjukkan apa yang mereka rasakan dan pikirkan. Semua perilaku adalah bentuk komunikasi dan sering kali, mereka mengomunikasikan sesuatu melalui perilaku yang tidak dapat diungkapkan secara verbal, sehingga menyebabkan perilaku yang buruk.
Saat menentukan cara merespons efektif pada saat-saat seperti ini, pertimbangkan mengapa anak berperilaku buruk dan coba temukan kemungkinan alasan yang mendasari perilaku tersebut.
Di sini VOI, melansir Parents.com, Senin, 9 Desember akan menguraikan delapan alasan mengapa anak berperilaku buruk. Dan bagaimana Anda sebagai orang tua dapat mengatasi masing-masing alasan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Meniru Perilaku Buruk
Anak-anak belajar cara berperilaku dengan mengamati orang lain. Baik melihat teman sebaya di sekolah berperilaku buruk atau meniru sesuatu yang mereka lihat di TV, anak-anak cenderung mengulang apa yang mereka lihat.
Batasi paparan anak terhadap perilaku agresif baik di media maupun kehidupan nyata. Menjadi panutan perilaku sehat dapat mengajarkan anak perilaku mana yang paling tepat dalam berbagai situasi.
Menguji Batasan
Setelah Anda menetapkan aturan dan memberi tahu anak apa yang tidak boleh dilakukan, mereka akan melihat apakah Anda serius tentang hal itu. Menguji batasan merupakan bagian yang sehat dari perkembangan sosial dan emosional anak. Dan merupakan hal yang umum bagi mereka untuk menguji batasan sebagai cara mengetahui apa yang akan terjadi jika mereka melanggar aturan.
Tetapkan batasan yang jelas dan tawarkan konsekuensi secara konsisten. Jika anak-anak berpikir ada kemungkinan kecil mereka bisa lolos dari sesuatu, mereka sering tergoda untuk mencobanya. Jika ada konsekuensi alami atau logis yang tidak diinginkan yang jelas terkait dengan pilihan mereka untuk melanggar aturan. Mereka akan cenderung patuh terhadap batasan dan aturan yang Anda terapkan.
Kurang Keterampilan
Masalah perilaku salah satunya bisa disebabkan karena kurangnya keterampilan. Seorang anak yang tidak memiliki keterampilan sosial atau keterampilan komunikasi yang sesuai dengan usianya akan memukul anak lain karena ingin bermain dengan mainan. Seorang anak yang tidak memiliki keterampilan memecahkan masalah tidak akan membersihkan kamarnya karena mereka tidak yakin apa yang harus dilakukan ketika mainan tidak muat di dalam kotak mainan.
Ketika anak berperilaku buruk, ajari mereka apa yang harus dilakukan alih-alih hanya memberikan konsekuensi. Tunjukkan kepada mereka dampak kelakuan buruk sehingga mereka dapat belajar dari kesalahan.
Menunjukkan Kemandirian
Seiring usia anak bertambah, dia akan semakin mandiri dan sering kali ingin memamerkan keterampilan baru yang didapat. Sulit menjelaskan dengan kata-kata, ada kalanya anak akan memperlihatkannya dengan perilaku yang buruk.
Berikan anak kesempatan membuat pilihan yang tepat. Tanyakan kepada anak apa yang mereka inginkan. Berikan anak tanggung jawab menyelesaikan masalah atau mengerjakan apa yang dia inginkan. Memberikan kebebasan yang sesuai dengan usia adalah salah satu cara memenuhi kebutuhan anak untuk tumbuh mandiri.
Memiliki Emosi yang Besar
Terkadang, anak-anak tidak tahu harus berbuat apa dengan perasaan mereka. Mereka mudah kewalahan saat marah, dan akibatnya menjadi agresif. Mereka bahkan bertindak berlebihan saat merasa gembira, stres, atau bosan.
Mengajarkan anak kata-kata yang mengandung perasaan dapat menjadi alat tepat memulai dan mempertahankan percakapan seputar emosi besar. Kata-kata yang mengandung perasaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan perasaan tertentu seperti "marah" atau "malas." Dengan mengajarkan anak-anak kata-kata yang mengandung perasaan, Anda dapat memberi mereka kosakata emosional sehingga mereka dapat berkomunikasi melalui perasaan yang kuat dengan baik.
Anak-anak akan mendapatkan manfaat dari mempelajari cara-cara sehat mengatasi perasaan seperti kesedihan, kekecewaan, frustrasi, dan kecemasan. Akan sangat membantu jika orang tua mengajarkan anak-anak tentang perasaan dan menunjukkan kepada mereka cara-cara sehat mengatasi berbagai emosi.
Ketika anak-anak memiliki lebih banyak kesadaran akan berbagai emosi dan cara mengatasinya, mereka akan lebih mampu menggunakan keterampilan penanganan yang sehat ketika mengalami perasaan yang besar.
Kebutuhan Mereka yang Belum Terpenuhi
Perilaku buruk sering terjadi saat anak merasa lapar, lelah, atau sakit. Sebagian besar balita dan anak prasekolah tidak pandai mengomunikasikan apa yang dibutuhkan, jadi mereka sering menggunakan perilaku untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi.
Bersikap proaktif dapat menjadi dukungan bagi anak-anak dan orang tua dapat melakukannya dengan memperhatikan kebutuhan yang belum terpenuhi. Dengarkan emosi anak, tanyakan bagaimana perasaan mereka, dan tanggapi isyarat mereka yang mengomunikasikan bahwa ada kebutuhan mereka yang belum terpenuhi.
Belajar Berperilaku Buruk
Salah satu alasan paling sederhana mengapa anak-anak berperilaku buruk yaitu karena hal ini efektif. Jika melanggar aturan membuat mereka mendapatkan apa yang diinginkan, mereka akan segera belajar bahwa berperilaku buruk itu berhasil.
Misalnya, seorang anak yang merengek sampai orang tuanya mengalah akan belajar bahwa merengek merupakan cara bagus mendapatkan apa pun yang mereka inginkan. Atau ketika seorang anak mengamuk di toko, dan orang tuanya membelikan mainan agar mereka berhenti berteriak, mereka belajar bahwa mengamuk itu efektif.
Pastikan bahwa perilaku buruk anak tidak menguntungkan mereka. Meskipun mengalah membuat hidup Anda lebih mudah saat itu. Pada akhirnya Anda akan mengajari anak bahwa ada manfaatnya berperilaku dengan cara yang tidak membantu atau tidak pantas.
Baca juga:
Memiliki Masalah Kesehatan Mental yang Mendasari
Terkadang, anak-anak memiliki masalah kesehatan mental atau neurodivergensi yang mendasari, yang berkontribusi terhadap masalah perilaku. Misalnya, anak-anak dengan ADHD atau bentuk neurodivergensi lainnya, dapat kesulitan mengikuti arahan dan cenderung berperilaku lebih impulsif daripada teman sebayanya yang neurotipikal.
Jika Anda menduga anak memiliki masalah kesehatan mental atau gangguan perkembangan yang mendasarinya, bicarakan dengan dokter anak. Evaluasi oleh profesional kesehatan mental berlisensi diperlukan untuk menentukan apakah ada masalah emosional atau perbedaan perkembangan mendasari yang berkontribusi terhadap tantangan perilaku mereka.