BlackRock dan MARA Ketahuan Nyerok Bitcoin Saat Harganya Merosot
JAKARTA - Rajanya aset kripto, Bitcoin, tak henti-hentinya menarik minat perusahaan besar. Kali ini perusahaan aset manajer terbesar di dunia, BlackRock dikabarkan menyerok Bitcoin di saat harganya merosot di bawah 100.000 dolar AS beberapa hari lalu. Tidak hanya itu, perusahaan penambangan Bitcoin, MARA Holdings juga melakukan hal yang sama.
Berdasarkan data dari Coinspeaker, sejumlah institusi besar seperti BlackRock dan MARA Holdings, bersama dengan investor besar alias whale, membeli hampir 10.000 Bitcoin pada 5 dan 6 Desember 2024. Saat itu harga Bitcoin merosot setelah tembus ATH barunya. Mereka memanfaatkan kesempatan saat harga BTC turun menjadi 92.957 dolar AS (Rp1,47 miliar).
BlackRock sendiri tercatat melakukan pembelian terbesarnya dengan menyetorkan dana untuk membeli 7.750 Bitcoin. Dengan transaksi ini, total kepemilikan Bitcoin BlackRock kini mencapai sekitar 48,9 miliar dolar AS (Rp773 triliun). Pembelian besar-besaran ini terjadi saat permintaan untuk saham exchange-traded fund (ETF) Bitcoin meningkat.
Thomas Fahrer, pendiri firma pasar kripto Apollo, menyebutkan bahwa ETF Bitcoin BlackRock adalah "ETF yang tumbuh paling cepat dalam sejarah." Keberhasilan BlackRock dalam mengakumulasi Bitcoin menunjukkan kepercayaan besar mereka terhadap potensi jangka panjang aset kripto yang satu ini.
Selain BlackRock, MARA Holdings, perusahaan penambangan Bitcoin, juga ikut serta dalam akuisisi Bitcoin secara besar-besaran. Antara 5 dan 6 Desember, MARA membeli 1.423 Bitcoin dengan total biaya sekitar 139,5 juta dolar AS (Rp2,21 triliun). Setelah pembelian ini, cadangan Bitcoin MARA mencapai 22.108 BTC, yang bernilai sekitar 2,17 miliar dolar AS (Rp34,5 triliun), dengan peningkatan 162% dibandingkan bulan lalu.
Tidak berhenti sampai di situ, para whale kripto juga turut andil menyerok Bitcoin di saat harganya merosot. Akun whale yang belum teridentifikasi juga membeli 600 Bitcoin saat harga turun. Transaksi ini diperkirakan menghabiskan sekitar 58,9 juta dolar AS (Rp933,5 miliar).
Selain itu, beberapa perusahaan lain, seperti Semler Scientific, juga mulai mengadopsi strategi akumulasi Bitcoin. Semler baru saja membeli 303 Bitcoin pada 4 Desember, menjadikan total kepemilikan mereka 1.873 BTC.