Rusia Mengatakan Ancaman Trump Tidak akan Menghentikan Pengerjaan Sistem Pembayaran BRICS
JAKARTA - Ancaman pengenaan bea masuk impor 100 persen pada negara-negara yang coba melemahkan dolar yang diutarakan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump, tidak menghentikan pengerjaan sistem pembayaran kelompok ekonomi BRICS, lapor RIA mengutip seorang pejabat senior Rusia pada Hari Jumat.
RIA mengutip Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Pankin mengatakan, BRICS sebenarnya sedang mengerjakan sistem pembayaran, alih-alih membuat mata uang internasional baru.
"Tentu saja, itu akan terus berlanjut," katanya, mengacu pada pengerjaan sistem yang direncanakan, dikutip dari Reuters 6 Desember.
Minggu lalu, Trump menuntut agar negara-negara anggota BRICS berkomitmen untuk tidak menciptakan mata uang baru atau mendukung mata uang lain yang akan menggantikan dolar AS, dengan mengatakan jika tidak, mereka akan menghadapi tarif 100 persen.
"Kami menuntut komitmen dari Negara-negara ini mereka tidak akan menciptakan Mata Uang BRICS baru, atau mendukung Mata Uang lain untuk menggantikan Dolar AS yang perkasa atau, mereka akan menghadapi Tarif 100 persen, dan harus siap mengucapkan selamat tinggal pada penjualan ke Ekonomi AS yang luar biasa," tulis Trump dalam unggahan di Truth Social, seperti mengutip AP.
Pekan ini, Presiden Putin menunjukkan, dolar tidak seperti empat tahun lalu ketika Trump masih menjabat, karena langkah-langkah yang diambil oleh para pesaingnya dari Partai Demokrat.
"Sudah empat tahun sejak Presiden terpilih (AS) berada di Gedung Putih. Selama waktu ini, ekonomi telah mengalami banyak perubahan, baik secara global maupun di Amerika. Para penggantinya, lawan politiknya, telah melakukan banyak hal untuk melemahkan peran mendasar dolar sebagai mata uang cadangan global," kata Presiden Putin di Forum Investasi VTB Russia Calling!, seraya menambahkan dolar sekarang digunakan sebagai alat tekanan politik, dikutip dari TASS.
Meski demikian, pengaruh dolar menurun secara global, kata Putin.
"Mengingat pangsa AS dalam ekonomi global menyusut, pengaruh dolar terhadap proses ekonomi global, tentu saja, juga menurun. Dan seiring dengan hal ini, perangkat baru pun muncul ke permukaan," katanya, seraya menambahkan tidak seorang pun dapat melarang penggunaan teknologi dan instrumen baru.
Dalam forum yang sama, Presiden Putin mengatakan Rusia tidak pernah menolak dolar, tetapi penggunaannya ditolak bagi negara itu.
"Kami tidak pernah menolak dolar. Apakah kami benar-benar menolaknya? Kami tolak penggunaannya, tetapi penolakan itu, seperti kata pepatah kami - mereka mendapatkan apa yang mereka perjuangkan. Mereka berakhir dengan masalah dolar itu sendiri," kata Putin.
Baca juga:
- Menlu Rusia Lavrov: Kami akan Menggunakan Cara Apa Pun Cegah Kekalahan Strategis
- Presiden Erdogan Sebut Suriah Harus Temukan Solusi Politik dari Perang yang Terjadi
- Presiden Sheinbaum Sebut Meksiko Coba Cari Kesepakatan dengan Donald Trump Soal Deportasi Migran
- Nilai Presiden Yoon Perlu Diskors dari Jabatannya, Pemimpin Partai Berkuasa Korsel Dukung Pemakzulan?
Sekarang saatnya untuk berpikir apa yang harus dilakukan selanjutnya, kata pemimpin Rusia itu.
"Semua itu berasal dari rasa percaya diri yang berlebihan, dari kebanggaan palsu, termasuk bidang ekonomi. Ini tidak dapat diterima. Yang perlu dilakukan adalah memahami proses yang terjadi secara global dan membangun kebijakan berdasarkan pemahaman ini, termasuk di tingkat internasional," kata Presiden Putin.
BRICS merupakan kelompok ekonomi yang saat beranggotakan Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran dan Uni Emirat Arab.
Di luar itu, sejumlah negara sudah mengajukan permohonan keanggotaan, seperti Turki, Azerbaijan dan Malaysia.