Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 8 Januari 2025 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, pada hari Selasa, 7 Januari 2025, Kurs rupiah spot di tutup menguat 0,34 persen ke level Rp16.143 per dolar AS.

Sementara itu, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup naik 0,15 persen ke level harga Rp16.169 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah kembali melemah.

Hal itu seiring komentar dari Gubernur Fed, Lisa Cook yang mengatakan bahwa Fed mampu bersikap hati-hati dengan pemotongan suku bunga lebih lanjut mengingat ekonomi yang berada pada pijakan yang kokoh dan inflasi yang lebih kuat dari yang diharapkan.

"Berbagai pembuat kebijakan Fed dijadwalkan untuk berbicara minggu ini, dan kemungkinan akan menggemakan komentar terbaru dari pejabat Fed lainnya bahwa masih ada kebutuhan untuk memerangi tingkat inflasi yang membandel," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Rabu, 8 Januari.

Selain itu, Washington Post melaporkan bahwa para pembantu Trump sedang menjajaki rencana yang akan menerapkan tarif ke setiap negara tetapi hanya pada sektor-sektor yang dianggap penting bagi keamanan nasional atau ekonomi AS, meredakan kekhawatiran tentang pungutan yang lebih keras dan lebih luas.

Trump pada hari Senin membantah laporan Washington Post bahwa pemerintahannya hanya akan menargetkan impor penting dengan tarif perdagangan.

Presiden terpilih Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif impor yang tinggi untuk lebih jauh mendominasi perdagangan AS, terutama atas Tiongkok, namun laporan dan komentar Trump memicu ketidakpastian yang meningkat atas kebijakan Trump terhadap perdagangan global.

Sementara dari dalam negeri, pasar merespons positif bergabungnya Indonesia ke dalam kelompok Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) merupakan langkah strategis yang dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia di kancah global. Khususnya, di mata Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Ibrahim menyampaikan Indonesia merupakan kekuatan ekonomi potensial di Asia, potensi itu harus di unlock dengan lebih berani mengambil sikap.

"Keputusan bergabung BRICS justru akan meningkatkan posisi tawar Indonesia di mata OECD yang selama ini seolah diposisikan tidak setara dengan negara lain," jelasnya.

Ibrahim menyampaikan terkait agenda dedolarisasi yang menjadi salah satu agenda BRICS, fenomena ini akan terjadi secara alami seiring menurunnya dominasi ekonomi AS.

Menurut Ibrahim, peran ekonomi AS di dunia, meskipun akan tetap penting, cenderung menurun akibat munculnya kekuatan baru seperti China, India, Rusia, Brasil, Meksiko, atau bahkan Indonesia.

"Tren dedolarisasi akan lebih banyak terjadi dalam konteks perdagangan antar anggota BRICS, seperti yang telah diterapkan China dan Rusia dengan menggunakan mata uang lokal untuk 90 persen transaksi ekspor-impor mereka," jelasnya.

Namun, Ibrahim menyampaikan untuk terciptanya mata uang alternatif global atau sistem transfer pengganti SWIFT kemungkinan sangat sulit.

Meski demikian, Ibrahim menyampaikan keanggotaan Indonesia di BRICS untuk membuka peluang kerja sama di berbagai bidang, seperti teknologi, ketahanan pangan, dan perubahan iklim.

"Ini merupakan langkah strategis untuk memperluas pengaruh dan memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional," jelasnya.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Rabu, 8 Januari 2025 dalam rentang harga Rp16.130 - Rp16.200 per dolar AS.