Studi Baru, Ini Alasan Hambatan Utama Pembelian Mobil Baru di Indonesia
JAKARTA - Industri otomotif Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan yang memengaruhi daya beli konsumen. Bahkan penjualan mobil baru saat ini cenderung stagnan dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), dalam 10 tahun ke belakang, penjualan mobil di dalam negeri berkisar di 1 juta unit per tahunnya.
Berkaca dari tahun 2023, penjualan retail kendaraan di tahun tersebut mencapai 998.059 unit, dan ini sudah turun 1,5 persen dibanding 2022 yang mencapai 1.013.582 unit. Memasuki tahun 2024 periode Januari-September, penjualan retail masih di 657.223 unit. Gaikindo bahkan sudah merevisi penjualan mobil di tahun ini berkisar di 850 ribu unit saja.
“Ikatan ekonomi yang menjadi hambatan utama pembelian mobil baru di Indonesia cukup signifikan," kata CEO MarkPlus Inc dan Marketeers Iwan Setiawan, dalam acara Automotive Industry Roundtable dengan tema Navigating The Future of The 4W Industry pada Rabu, 6 November, di Philip Kotler Theater, MarkPlus Main Campus, Jakarta.
Lebih detailnya ia mengungkapkan, berdasarkan studi yang dilakukan dan sudah juga tervalidasi dengan penyesuaian berdasarkan karakteristik tiap merek sehingga memberikan perspektif yang sejalan dengan dinamika pasar secara umum, dengan total 169 orang ada 56 persen konsumen menganggap harga mobil baru terus meningkat.
"Studi kami menunjukkan bahwa 56 persen konsumen menganggap harga mobil baru terus meningkat di luar kemampuan pendapatan mereka, 50 persen merasa pajak yang dikenakan terlalu tinggi, sementara 37 persen menghadapi suku bunga leasing yang memberatkan, dan 26 persen lainnya lebih memilih mobil bekas dengan harga yang sama. Hal ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan keterjangkauan dan nilai dalam pasar mobil baru untuk menarik minat konsumen," tambahnya.
Baca juga:
Ia juga mengatakan, tantangan utama yang dihadapi adalah kenaikan harga mobil baru yang tidak seimbang dengan pertumbuhan pendapatan rumah tangga, serta peningkatan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang mempengaruhi niat pembelian masyarakat melalui pembiayaan kredit kendaraan.
Pada tahun 2024, harga mobil baru tercatat meningkat 37 persen sejak 2014, sedangkan pendapatan rumah tangga hanya naik sebesar 28 persen dalam periode yang sama. Hal ini menjadikan harga mobil baru lebih tinggi daripada pendapatan tahunan rata-rata rumah tangga, yang menekan daya beli dan menyebabkan konsumen semakin selektif dalam memilih kendaraan.
"Toyota mendominasi segmen hybrid dengan pangsa pasar yang sangat kuat, mencapai 67 persen. Sementara itu, di segmen kendaraan listrik baterai (BEV), Wuling memimpin dengan pangsa pasar sebesar 47 persen. Ini menunjukkan dominasi Toyota di pasar hybrid dan tingginya penerimaan konsumen terhadap Wuling di pasar kendaraan listrik, mencerminkan tren yang menarik dalam preferensi konsumen Indonesia," paparnya.
Selain itu, penyebab lainnya yaitu pajak kendaraan yang dinilai membuat harga meningkat, dan semakin tidak terjangkau. Bunga untuk leasing juga terasa tinggi mengingat mayoritas penjualan kendaraan di Indonesia memang melalui skema kredit.
Disisi lain, penjualan mobil bekas juga kini menjadi alternatif. Bahkan, banyak konsumen yang menilai dengan dana yang ada untuk membeli mobil baru, namun konsumen bisa mendapatkan yang lebih apabila membeli mobil bekas.
"Penjualan mobil bekas jadi alternatif, jadi lebih baik mobil bekas namun bisa naik kelas," tutupnya.