Pasar Fokus pada Kebijakan Pemangkasan Suku Bunga AS, Rupiah Diprediksi Melemah
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis, 7 November 2024 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu, 6 November 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup turun 0,53 persen di level Rp15.833 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,46 persen ke level harga Rp15.840 per dolar AS.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Trump yang mengungguli Kamala Haris dalam pemilihan presiden 2024 dan berpotensi mempertahankan suku bunga tetap tinggi dan dolar tetap kuat di tahun-tahun mendatang serta kembali melonjaknya imbal hasil Treasury.
"Trump secara luas diperkirakan akan memberlakukan lebih banyak kebijakan inflasi, mengingat pendiriannya tentang perdagangan proteksionis dan imigrasi. Skenario seperti itu diperkirakan akan membuat suku bunga relatif lebih tinggi dalam jangka panjang," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Kamis, 7 November.
Ibrahim menyampaikan fokus minggu ini juga tertuju pada pertemuan Federal Reserve, di mana bank sentral secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.
Sementara dari dalam negeri, Ibrahim menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 melandai. Melemahnya pertumbuhan ini tak lepas dari melandianya konsumsi rumah tangga Indonesia.
"Hal ini menjadi permulaan yang kurang baik bagi Presiden Prabowo Subianto diawal masa pemerintahannya. Terlebih, konsumsi adalah mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia," ucapnya.
Badan Pusat Statistik telah merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia melandai ke angka 4,95 persen (yoy) untuk kuartal III-2024 atau terburuk dalam setahun terakhir. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal II-2024 yang berada di angka 5,05 persen dan posisi ini juga merupakan yang terendah sejak kuartal III-2023 yang pada saat itu tumbuh sebesar 4,94 persen (yoy).
Jika dilihat berdasarkan pengeluaran, tampak konsumsi rumah tangga tumbuh tak sampai 5 persen atau tepatnya 4,91 persen (yoy). Padahal konsumsi menyumbang 53,08 persen terhadap total PDB Indonesia. Pertumbuhan konsumsi pada kuartal III juga di bawah data historisnya yakni 5 persen.
Baca juga:
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada Juli-September 2024 setara dengan kuartal I-2024 dan terburuk sejak kuartal IV-2023. Penurunan konsumsi rumah tangga besar dipengaruhi oleh faktor musiman. Pada dua kuartal sebelumnya ada Ramadan, Idul Fitri dan libur panjang akhir pekan.
Ibrahim menyampaikan melandainya konsumsi rumah tangga ini bukan tanpa alasan. Ada enam subsector penopang konsumsi rumah tangga yang melandai yakni Restoran dan Hotel, Transportasi dan Komunikasi, serta Perumahan dan Perlengkapan Rumah Tangga. Sementara sisanya tampak mengalami kenaikan.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Kamis, 7 November 2024 dalam rentang harga Rp15.820 - Rp15.920 per dolar AS.