Olahraga meski Sesekali Tetap Efektif Kurangi Risiko Diabetes
JAKARTA - Risiko diabetes dapat ditekan dengan rutin olahraga. Tapi fakta menariknya, meski tidak rutin olahraga alias dilakukan sesekali rupanya turut berkontribusi dalam penurunan risiko diabetes.
Hal itu disampaikan oleh peneliti di Centro per le Malattie Endocrine e Metaboliche, Italia, yang telah menemukan satu sesi aktivitas fisik selama 30 menit secara signifikan mengurangi kadar glukosa plasma 1 jam pasca-latihan dan meningkatkan sensitivitas insulin pada orang dewasa muda yang sehat.
Dalam studi itu, peserta menunjukkan peningkatan metabolisme glukosa setelah satu sesi latihan aerobik, yang menunjukkan potensi manfaat dalam mengelola dan mencegah diabetes tipe 2.
Latihan fisik secara klinis diakui dapat meningkatkan metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin, faktor penting dalam mencegah diabetes tipe 2.
Sementara kaitan penelitian biasanya difokuskan pada efek jangka panjang dari aktivitas fisik rutin, studi terkini meneliti dampak langsung dari satu sesi latihan aerobik pada kadar glukosa.
Hasil studi yang diterbitkan dalam Journal of Endocrinological Investigation membuktikan bahwa satu sesi latihan fisik meningkatkan glukosa plasma 1 jam pasca-latihan pada orang dewasa muda yang sehat.
Baca juga:
- Dokter Tirta Ungkap Bau Badan Khas yang Jadi Pertanda Terkena Kolesterol hingga Diabetes
- Waspada! Konsumsi Karbohidrat Berlebihan Bisa Sebabkan Diabetes
- DPR Bilang, Label Gizi di Makanan Kemasan Jadi Pengingat Gaya Hidup Sehat
- Mulut Kering atau Xerostomia Gejala Penyakit Sistemik yang Serius, Kenali Cara Mengatasinya
Peneliti menguji efek dari satu sesi latihan aerobik selama 30 menit pada metabolisme glukosa pada orang dewasa muda yang sehat.
Mereka menggunakan tes glukosa pasca-latihan selama 1 jam karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan tes ini merupakan prediktor kuat risiko diabetes di masa mendatang.
Sebanyak 32 peserta, berusia 20 hingga 35 tahun, direkrut untuk penelitian ini. Tidak ada yang memiliki riwayat diabetes atau terlibat dalam olahraga kompetitif, dan tidak ada yang sedang menjalani pengobatan.
Semua menjalani tes toleransi glukosa oral (OGTT) di awal, diikuti dengan sesi joging ringan (60–65 persen dari VO2max mereka).
OGTT kedua diberikan 24 jam setelah latihan untuk menilai perubahan glukosa puasa, glukosa pasca-latihan selama 1 jam, dan kadar insulin. Sensitivitas insulin juga dievaluasi menggunakan indeks pengganti seperti indeks Matsuda dan QUICKI.
Kadar glukosa puasa menurun dari 82,8 mg/dL menjadi 78,5 mg/dL, dan glukosa pasca-latihan selama 1 jam turun dari 122,8 mg/dL menjadi 111,8 mg/dL setelah latihan. Kadar insulin pada tanda 1 jam juga turun secara signifikan dari 57,4 µUI/ml menjadi 43,5 µUI/ml.
Sensitivitas insulin membaik, sebagaimana ditunjukkan oleh peningkatan indeks Matsuda dari 7,79 menjadi 9,02 dan indeks QUICKI dari 0,36 menjadi 0,38. Indeks HOMA-IR, ukuran resistensi insulin, menurun dari 1,51 menjadi 1,28.
Efek positif pada metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin ini, hanya 24 jam setelah satu sesi latihan, menunjukkan bahwa bahkan aktivitas fisik sesekali dapat berkontribusi secara signifikan untuk mengurangi risiko diabetes tipe 2 melalui peningkatan langsung dalam kontrol glukosa.