Memori Hari Ini, 21 Oktober 2013: Megawati Pernah Tegaskan Tak Selamanya Dinasti Politik Buruk

JAKARTA – Memori hari ini, 11 tahun yang lalu, 21 Oktober 2013, Mantan Presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri menegaskan jangan terlalu berpikiran negatif dengan dinasti politik. Ia menganggap dinasti politik kadang kala membawa kebaikan.

Megawati mencontoh dinasti politik keluarga Kennedy. Sebelumnya, pro dan kontra terkait dinasti Politik Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah merebak. Banten bak dikuasai oleh keluaga mereka. Keluarga mereka – Anak hingga menantu – hampir hadir dalam setiap lini politik di Banten.

Keluarga penguasa membangun dinasti politik di Indonesia tak sedikit. Potret itu hadir hampir di seantero Indonesia. Mertua-menantu bertukar jabatan, anak jadi anggota legislatif, atau suami-istri bergantian mengisi posisi pemimpin daerah sudah biasa.

Kondisi itu tak jarang membawa banyak mudarat. Korupsi adalah salah satu di antaranya. Memang secara hukum dinasti politik bukan praktek bernegara yang dilarang. Negara menjamin semua warga negara dapat berpolitik.

Perkaranya tak semua dinasti politik bisa menghasilkan kebaikan bagi warga yang dipimpin.  Potret itu secara gamblang diperlihatkan oleh dinasti politik jawara Banten, Chasan Sochib. Eksistensi Chasan membuat anaknya, Ratu Atut jadi Gubernur Banten.

Mantan Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah yang lekat dengan dinasti politik dan akhirnyatersangkut kasus korupsi. (ANTARA/Reno Esnir)

Posisi itu membuat Ratu Atut dapat memberi ruang besar bagi keluarganya –saudara kandung hingga menantu memegang jabatan politik. Masalah muncul. Dinasti politik Banten tak menjamin mereka bersih dari kasus korupsi.

Ambil contoh kala adik Atut, Tubagus Chaeri Wardana menyuap ketua MK Akil Mochtar dalam rangka sengketa Pilkada Bupati Lebak. Suami dari politikus Airin Rachmi Diany itu lalu ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).  

Pria yang akrab disapa Wawan itu membuat kakaknya, Ratu Atut terseret. Ratu Atut jadi dilarang ke luar negeri. Kasus korupsi yang melibatkan Ratu Atut lainnya ikut didalami. Borok itu membuat segenap rakyat Indonesia mengganggap buruk dinasti politik Banten.

“Korupsi masif di Banten itu jelas berhulu dari praktek nepotisme yang dibangun keluarga Atut. Sejak mendirikan perusahaan kontraktor pada 1976, yang kemudian meraksasa, Chasan memiliki pengaruh hingga ke pusat kekuasaan di Jawa Barat.”

“Di Banten, pembentukan dan pemilihan pengurus organisasi kemasyarakatan bahkan disebut harus seizin dia. Ketika Banten menjadi provinsi pada 2000, ia pun dengan mudah mengorbitkan anaknya, Atut, sebagai wakil gubernur, dan istri keempatnya, Heryani, sebagai Wakil Bupati Pandeglang,” tertulis dalam laporan majalah Tempo berjudul Senjakala Dinasti Atut (2013).

Kehadiran kasus korupsi membuat segenap rakyat Indonesia memandang buruk dinasti politik. Namun, Mantan Wakil Presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri punya pandangan berbeda. Megawati yang partainya, PDIP mendukung kekuasaan Ratu Atut di Banten menegaskan dinasti politik tak selamanya buruk pada 21 Oktober 2013.

Megawati mencontoh andil dinasti politik keluarga Kennedy dalam peta politik Amerika Serikat (AS). Ia menganggap Presiden Barack Obama yang notabene Presiden AS pertama dari kaum kulit hitam takkan ada jika keluarga Kennedy tak mendukung persamaan hak antara kulit hitam dan putih.

Megawati pun berpesan supaya rakyat Indonesia tak selalu berpikiran negatif terhadap dinasti politik. Dinasti politik Banten bolah jadi terseret korupsi, tapi bukan berarti juga dinasti politik lainnya begitu.

"Coba nggak ada Keneddy, Obama nggak bakal jadi presiden, taruhan, nggak bisa jadi dia. Akhirnya JF Kennedy ditembak mati. Dulu AS belum bisa menerima perbedaan ras.”

 “Akhirnya Kennedy berhasil (mengurangi rasisme). Joseph Patrick Kennedy (saudara JF Kennedy) harusnya direkrut sebagai capres AS. Tapi dia ikut perang dan akhirnya meninggal. Maka diberikan kepada JF Kennedy," kata Megawati dikutip laman detik.com, 21 Oktober 2013.